Tips Memilih Deterjen
30 Januari, 2010 at 23:59 18 komentar
Artikel ini ditulis oleh Rika (rumahpopok.com)
Makin banyak busanya, makin mantap, makin bagus, begitu kira kira image tentang sebuah deterjen yang berkualitas. Image sesat yang berhasil tertanam:D . Lagipula, kalau ngga banyak busa, rasanya ngga bersih… padahal… Busa itu korelasinya sangat kecil dibandingkan daya bersih.
Bersih nggaknya tergantung pada elemen yang disebut surfaktan. Busa itu menyebabkan pencemaran pada badan air, karena sulit terurai. Akibatnya? Sungai-sungai kita baunya apek sampai busuk karena suplai oksigen kurang. Sebabnya ya salah satunya karena busa yang menutupi permukaan air. Masalahnya, surfaktan ini juga menjadi biang kerok lain masalah lingkungan karena tidak mudah terurai oleh lingkungan. Jadi… perhatikan surfaktan apa yang dipakai. LAS (Linear Alkylbenzene Sulfonat) atau LABS (Linear Alkyl Benzene Sulfonate) konon bisa terurai. ABS (AlkylBenzene Sulfonate) tidak bisa, dan sudah masuk daftar hitamnya Greenpeace. Jadi ibu ibu bapak bapak, untuk membuat gerakan cinta lingkungan ayah dan bunda menjadi makin maknyoss, bijaklah dalam memilih deterjen.
Memang sih sertifikasi di kita belum sempurna, tapi paling tidak kita melalukan upaya identifikasi yang simpel simpel aja (khusus yang awam). Buat yang pakar kimia, dimohonkan bantuannya untuk sumbang saran deterjen seperti apakah yang ramah lingkungan.
Tipsnya yaitu:
- Cari deterjen yang sedikit busanya. Dengan sedikit busa, air untuk membilas juga tidak perlu banyak.
- Cari deterjen dengan surfaktan yang bisa terurai. Seperti di atas, nama yang beken antara lain LAS/LABS.
- Cari deterjen yang jika sisa air cuciannya bisa untuk menyiram tanaman tanpa membuat tanaman mati – Cari deterjen yang rendah fosfat. Jikapun mengandung fosfat, sebisa mungkin digunakan untuk menyiram tanaman, karena fosfat itu tidak baik untuk badan air, tapi oke oke aja untuk tanah dan tanaman.
- Cari produk lokal. Dengan menggunakan produk lokal, kita meminimasi jejak karbon yang ditimbulkan dari transportasi Happy hunting!
Entry filed under: Produk Hijau.
18 Komentar Add your own
Tinggalkan Balasan
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed
1. johnny64 | 31 Januari, 2010 pukul 04:13
kalau make rinso gimana?bagus kan deterjennya? 🙂
2. gobzip | 31 Januari, 2010 pukul 07:13
Langsung sebut aja contoh merek
yang memenuhi syarat tadi.
Minimal yang sudah popular: rinso, soklin,
sunlight, … dst .. apakah mereka masuk
daftar hitam atau putih.
3. balimurah | 31 Januari, 2010 pukul 11:52
sangat setuju sekali…salam kenal
4. gRy | 31 Januari, 2010 pukul 16:53
bisakah saya tau merek-merek apa saja yg sudah memenuhi syarat untuk deterjen ramah lingkungan tersebut?
thanks 😀
5. Ung | 1 Februari, 2010 pukul 10:41
Waktu SMA dulu saya pernah mencoba menguji tentang bahaya deterjen terhadap ikan.
Jadi dari setiap merk deterjen dengan jumlah takaran yang sama (ditentukan) dicampur dengan air, lalu kemudian dimasukkan ikan dan diamati perkembangannya.
Hasilnya, ga sampai sepuluh menit ikan-ikan itu udah mulai hilang kesadaran. Lebih menyeramkannya lagi muncul lendir-lendir kemerahan dari insang seperti tertarik keluar.
Deterjen mana yang sedikit baik mungkin yang bisa memberikan hidup lebih lama pada si ikan.
6. Tweets that mention Tips Memilih Deterjen « Aku Ingin Hijau -- Topsy.com | 1 Februari, 2010 pukul 21:39
[…] This post was mentioned on Twitter by indonesiasatu, Planet Terasi. Planet Terasi said: Aku Ingin Hijau: Tips Memilih Deterjen: Artikel ini ditulis oleh Rika (rumahpopok.com) Makin banyak busanya, maki… http://bit.ly/dehgko […]
7. rumahpopok | 10 Februari, 2010 pukul 17:42
Halloww, saya Rika nyang nyumbang nulis ini. Terus terang saya jg nggak tau merek yang perfect yang kaya gimana. Kalo dari surfaktan setau saya Rinso udah oke, pake yang biodegradable. Tapi kalao dari segi BEBAS fosfat, nah itu yang nggak tau. Lagian di deterjen2 itu minim sekali informasi tentang kandungannya. Saya mulai cari2 info tentang ini karena nyari deterjen yang cucok buat popok bayi anak saya. Saya pernah lihat kemasan deterjen cycles (impor) dan penyebutan informasi di labelnya sangat melegakan: ‘Phosphate free’, dan nyebutin free chemical lainnya yang hangat menjadi isu lingkungan. Biasanya yang peruntukan memang buat bayi direndahkan kandungan segala galanya, tapi ya daya cucinya wallahu a’lam. Mohon maaf atas keterbatasan info saya. Saya harap tukang tukang kimia yang baca bisa sumbang saran.
8. rheavashti | 19 Februari, 2010 pukul 23:14
wah sayang banget…..infonya terbatas….
9. nyut-nyut | 10 Maret, 2010 pukul 14:10
attack. bebas fosfat.
silahkan survey..
10. aan | 13 Juni, 2010 pukul 20:26
tolong info lebih lanjut lagi ya… sangat menarik untuk diikuti
11. indyastaric06 | 14 Juni, 2010 pukul 13:23
wah..thnx infonya ya..tapi saya suka yang busanya melimpah..wkwkwk..mencuci jadi lebih bersemangat…
12. morgan | 15 Juni, 2010 pukul 13:57
SA 8 air bekas cuciannya siram ke tanaman jadi subur
13. aaa | 29 Agustus, 2010 pukul 09:20
berdasarkan hasil penelitian saya detergen yang paling ramah lingkungan itu detergen lokal, bahkan dari pasar yang harganya murah, namun detergen tersebut msih belum di kenal masyarakat.
14. sabun shop | 3 September, 2010 pukul 23:44
nice tips… salam kenal dari sabun shop…
15. Agusdewi | 1 November, 2010 pukul 21:14
Awalnya begitu sulit memasarkan Deterjen spt yg dimaksud diatas,,karena ” ketergantungan” orang pada Busa yg harus melimpah,,tapi karena saya rajin jelaskan kepada mereka (Ibu-Ibu tetangga),,lalmbat laun mereka bisa menerima dengan Prioritas akhir adalah BERSIH..
Alhamdulilah sekarang hampir semua tetangga saya telah memakai Produk yg dulu terasa sulit saya tawarkan.
16. Master | 24 Juni, 2011 pukul 19:30
Saya pilih rinso cair untuk kain dan peralatan makan/minum dan sabun cair untuk mandi, karena cukup efektif (bersih), cukup efisien (harga terjangkau, dosis hemat), dan kulit tidak iritasi. Limbah deterjen dan sabun yang diencerkan air bilasan untuk menyiram tanaman, karena surfaktannya mampu dibusukkan mikroba, ada K, P, Cl, Na, sisa enzim yang melepaskan kation-kation dari ikatan senyawa organik dalam tanah, dan “chelate” yang mengikat serta melarutkan kation-kation transisi dalam tanah.
17. Jefry | 18 Maret, 2013 pukul 15:50
kalau begitu saya akan memilih deterjen seperti yang dimaksudkan diatas
terima kasih tipsnya
18. meilan | 5 November, 2017 pukul 06:15
Coba detergent tiara produk lokal yang dibuat dari senyawa organik dan ramah lingkungan