Cloud Application, memperlambat penggantian komputer
Cloud Application seperti yang telah saya tulis sebelumnya di artikel Aplikasi Di awan, bisa menghemat investasi IT dan energi karena utilisasi server aplikasi dan database yang lebih maksimal. Daripada banyak data center, lebih baik hanya beberapa tetapi besar, apalagi kalau dekat dengan pembangkit tenaga listrik agar efisiensi dari listrik yang tidak terbuang karena distribusi bisa lebih baik.
Hal lain yang perlu dicermati dari adanya Cloud Application adalah karena aplikasi hanya menggunakan Browser saja, maka tidak lagi dibutuhkan tenaga prosesor untuk kalkulasi yang besar. Komputer adalah thin client yang hanya menampilkan gambar saja dengan medium browser.
Oleh karena hal ini maka otomatis komputer pun tidak perlu terlalu canggih untuk dapat menjalankan aplikasi online ini sehingga penggantian PC atau komputer yang baru dapat diperlambat atau ditunda. Sebagai informasi, menurut electronicstakeback.com, di negara Amerika saja, ada sebanyak 400 juta alat-alat elektronik yang dibuang setiap tahunnya.
Dengan memperlambat pembelian atau peremajaan komputer maka kita bisa mengurangi sampah elektronik yang dibuang, tetap menggunakan komputer yang lama atau cukup diperbaiki beberapa suku cadang yang rusak. Pada akhirnya, sampah 5-7 ton elektronik yang berpotensi dapat meracuni tanah bisa dikurangi. (story of stuff hal 58)
Quote of the day
It dawned on me that the most rebellious, independent act I could commit against an unjust social and economic system would be to grow my own food.
by: Steph Larsen, Thistle Root Farm, Nebraska.
Disadur dari Civil Eats
GROW!
Are farmers the new rock stars? The thoughtful new film GROW! focuses on young Georgia farmers sustaining an endangering profession.
– Nancy Staab – Luxecrush
GROW! adalah film documentary mengenai 20 orang petani yang berusia muda dari 12 peternakan di Georgia, USA.
Harus cari tahu nih gimana caranya untuk nonton filmnya yang lengkap. Di web hanya ada trailer saja.
[infographics] Rata-rata pengeluaran uang untuk makanan
Kalau dari yang terlihat disini, kelihatannya untuk negara indonesia, rata-rata pengeluaran uang untuk makanan adalah 43%.
Pengeluaran ini akan bisa berkurang drastis kalau kita ramai-ramai ikutan indonesiaberkebun.org 🙂
Klik pada gambar untuk zoom in dengan Flash.
Repair: salah satu R yang sering terlupa…
Kenapa banyak barang-barang import maupun lokal yang cukup berkualitas harganya mahal? Selain bahan yang bisa lebih baik untuk kesehatan, mungkin Environmentally Friendly, juga adalah service center yang dimiliki oleh merk tersebut. Hal ini terutama untuk barang-barang elektronik yang mungkin saking cepat rusak akhirnya bisa disebut sebagai Disposable Goods, atau kalau rusak, lebih murah beli baru daripada diperbaiki.Padahal dengan membuang dan beli baru (istilahnya di Lem Biru/Lempar Beli Baru), tentunya sampah yang dihasilkan akan banyak sekali.
Hal ini sungguh disayangkan karena kebanyakan dari barang-barang elektronik tersebut bisa hampir dipastikan menggunakan bahan plastik yang bila dibuang sulit terdaur ulang. (lebih…)
Gerakan Indonesia Berkebun
Saya hari ini baru saja baca dari sebuah majalah mengenai gerakan Komunitas Indonesia Berkebun. Kalau disadur dari website mereka di www.indonesiaberkebun.org maka
Indonesia Berkebun adalah pilot project kita semua untuk menciptakan lahan hijau di tengah kota yang juga memberikan manfaat bagi komunitas sekitar. Mari ikut menanam sayuran dan buah-buahan, berkebun, dan panen bersama teman-teman dan keluarga.
Pak Salam setia dengan kedai daur ulang

Disadur dari AntaraNews
Jakarta (ANTARA News) – Nursalam, biasa disapa dengan Pak Salam, merintis usaha daur ulang kertas di bawah naungan nama Kedai daur ulang sejak tahun 1996.
Di kedai Jalan Mampang Prapatan XI no. 3A Jakarta Selatan itu, Pak Salam dan enam pegawainya sibuk mendaur ulang kertas. Peralatan di kedai berukuran 5×10 meter itu cukup mesin blender dan bak penampung serta alat cetak.
Dalam sehari pria kelahiran Jakarta mengaku kedainya bisa mendaur ulang sampah kertas 50 sampai 60 kg. Sampah kertas diubah menjadi produk benilai seperti kotak pensil, gantungan kunci, kotak penyimpanan berkas.
“Saya dari tahun 80-an bergelut dengan sampah dan tetap eksis hingga kini semuanya karena sampah,” katanya.
Kedai Daur Ulang menjual produk recycle kertas mulai dari 5 ribu rupiah hingga puluhan ribu rupiah.
Pelanggan tetapnya antara lain perusahaan-perusahaan yang mengusung jargon green office. Kedai itu juga jadi tempat pembelajaran siswa SD hingga SMA mengenai pengelolaan dan daur ulang sampah khususnya kertas. (lebih…)

















Komentar Terbaru