Panen Padi di Atas Loteng

21 Mei, 2008 at 00:23 4 komentar

Disadur dari kompas.com. 14 April 2008.

padi di atap. kompas.Ingkan Harahap (54), Rabu (9/4), memanen padi di atas loteng rumahnya di Kompleks Perumahan Sumbersari Indah, Kota Bandung. Padahal, empat bulan lalu lahan loteng seluas sekitar 50 meter persegi itu gersang. Selain padi, di atas loteng itu Ingkan juga menanam sawi, cabai, labu kuning, dan kangkung.

Bersandal bakiak dan gunting tanaman ia memangkas beberapa batang padi. Padi yang dipanen langsung di injak-injak agar bulir-bulir lepas dari batang dan siap dijemur. Setampah gabah hasil panen beberapa hari sebelumnya sedang dijemur. Gabah kering tersebut sudah siap ditumbuk agar kulitnya mengelupas.

Ingkan memang bukan petani. Dia tak punya lesung kayu. Ia hanya mempunyai lesung batu. “Saya mencoba menggunakan yang ada saja. Saya alasi lesung dengan jerami agar tumbukan tidak terlalu keras dan membuat bulir beras hancur,” ujar Ingkan.

Ingkan tengah mencoba menjadi petani. Alumnus Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung yang mengelola pendidikan untuk anak, Point, ini mengawali “debut” sebagai petani pada November lalu. Itu semua berawal dari sebuah obrolan dengan keluarga. Ia dan sanak saudaranya memperbincangkan tentang dunia pertanian. Dari obrolan itu, Ingkan berpikir, “Saya juga bisa menamam sendiri,” katanya.

Pada bulan yang sama ia meminta bibit padi dari pengelola sawah keluarganya di Madiun, Sukiran. Sukiran datang dan memberikan ilmu bertani padi kepadanya. Sebelum pulang, Sukiran membantu Ingkan menyemai bibit padi. Beberapa hari kemudian bibit padi tumbuh. Ingkan pun memindahkannya pada puluhan polybag.

Awalnya, pertumbuhan padi terlambat. Pada masa diperkirakan sudah berbunga, padi-padi itu belum juga berbunga. Adiknya menyarankan agar ia memberikan pupuk supaya tanaman cepat berbunga. Namun, Ingkan berteguh bertani dengan kompos tanpa pupuk kimia.

Kesabarannya membuahkan hasil. Bulir padi akhirnya muncul. Sebulan setelah penanaman padi pertama, Ingkan menanam padi yang kedua di puluhan polybag lain.

“Mungkin karena sudah lebih lembab, pertumbuhan tanaman padi yang kedua lebih baik,” kata Ingkan. Dalam tiga bulan padi sudah mampu dipanen bersamaan dengan padi yang ditanamnya pertama kali. Kini Ingkan memiliki hampir 100 polybag tanaman padi.

Hantu sawah
Kalau mengunjungi “sawah” di loteng rumah Ingkan, jangan heran bila mendengar suara burung. Sawah di loteng itu sudah membentuk ekosistem. Selain ada belalang dan kepik, juga terdapat burung-burung. Bahkan, ada burung yang sudah membuat sarang sebelum padinya berbunga.

Ingkan sadar burung membutuhkan makanan, tetapi ia juga ingin merasakan hasil jerih payahnya. Itu sebabnya Ingkan memasang bebegig alias hantu sawah dari baju-baju bekas. Ia membentangkan pita kaset bekas dan lonceng kaleng untuk mengusir burung.

“Saat ini berita tentang pertanian Indonesia menyedihkan terus. Salah satunya lahan persawahan makin menyusut,” kata Ingkan. Dengan upaya kecil itu, Ingkan berharap, dari rumah, budaya pertanian masyarakat Indonesia bisa terus lestari.

Oleh: Yenti Aprianti

Iklan

Entry filed under: Berita Lingkungan Lokal.

Demo Hijau Dong!! Apa lagi alasan untuk tidak naik sepeda?

4 Komentar Add your own

  • 1. tikabanget™  |  21 Mei, 2008 pukul 07:24

    waw…
    ngangkutin tanah ke loteng butuh berapa karung itu ya 😐
    biar tanahnya gembur, mbajaknya gimana ya di atas loteng? 😐

  • 2. daniy!  |  2 Juni, 2008 pukul 13:44

    Ingkan memang hebat! Kesungguhan dan ketelatenan pasti berbuah baik

  • 3. eca  |  2 Juni, 2008 pukul 14:42

    bagus sekali… boleh minta ajarin dong biar ada isi halaman belakang rumah yang kosong ni, juga untuk tanaman yang lain

  • 4. idha ulan  |  10 Juni, 2008 pukul 10:45

    susah nyari tanah…

    aku mo nanem kembang melati di pot aja, nyari tanahnya susahnya minta ampun….

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Agenda

Archives

RSS Bisnishijau.Org

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Kampanye Hijau











Statistik Pengunjung

  • 2.465.764 Pengunjung

Statistik

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Bergabung dengan 318 pelanggan lain

%d blogger menyukai ini: