Keinginan vs. kebutuhan
14 Februari, 2017 at 23:18 Tinggalkan komentar
Semakin maju dan modern suatu peradaban, maka semakin banyak juga keinginannya.
Keinginan untuk terlihat keren atau cantik seperti juga keinginan terlihat dalam komunitas tertentu menuntut kita membeli barang-barang yang sesuai dan semakin lama bisa semakin banyak.
Saya memang salut dengan gaya hidup sederhana seperti alm. Steve Jobs dan Mark Zuckerberg yang hidup dengan cara yang minimalis. Kalaupun tidak se-ekstrim itu, tetapi ada yang bisa ditiru.
Pada tahun 2014 juga saya melakukan percobaan untuk sama sekali tidak membeli baju dan celana baru. Tentunya pertama-tama ada saja keinginan, tetapi akhirnya saya bisa melewati 2014 tanpa membeli apapun. Pada akhirnya, “puasa” belanja ini membuat saya semakin bisa menahan membeli barang-barang konsumtif apapun, bukan hanya baju dan celana saja.
Sekarang, saya malah lebih banyak memberikan baju-baju yang sudah lama ke orang-orang yang memang membutuhkan.
- Keinginan atau kebutuhan?
- Apa benar diperlukan?
- Apa bisa bayangkan kita menggunakannya?
- Seberapa sering akan kita gunakan?
Hidup minimalis dan tidak konsumtif tidak berarti anti perkembangan dan pakai baju belel. Sebelum baju menjadi usang, maka baju masih bisa di sumbangkan ke orang yang tidak mampu, dan kita bisa beli yang baru.
Yang penting, jaga pembelian kita. Pakai 4 pertanyaan di atas saat akan membeli barang.
Mudah-mudahan bisa berguna dan bisa dijalankan bersama untuk Indonesia yang lebih hijau.
Entry filed under: Lingkungan Rumah, Manifesto Hijau, Uncategorized. Tags: koinsumsi.
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed