Gengsi naik sepeda? Coba pikir sekali lagi.
1 Mei, 2007 at 12:53 11 komentar
Akhir pekan lalu saya berkesempatan pergi ke Kepulauan Riau, yaitu pulau Batam, Bintan dan Singkep. Perjalanan dari Jakarta harus lewat Batam lalu naik ferry ke Tanjung Pinang selama hampir 1.5 jam. Luas kota Tanjung Pinang adalah 139.5 Km2 dengan jumlah penduduk 176 ribu orang. Luas itupun sudah termasuk jalan-jalan sepi diluar pusat kota. Bila kita berbicara pusat kota dimana kebanyakan orang tinggal, maka kemana-mana bisa ditempuh 5-10 menit berjalan kaki atau berkendara. Yang sangat terasa disana adalah banyaknya mobil dan terutama motor. Hampir semua orang menggunakan motor bebek walaupun kemana-mana cukup terjangkau. Saya pun berkesempatan untuk pergi ke kota Dabo di pulau Singkep dengan penduduk hanya 39 ribu orang. Disini pemandangan pun sama dengan maraknya sepeda motor dimana-mana.
Mungkin hal ini terjadi diseluruh Indonesia, dimana tren untuk naik motor itu adalah gengsi tersendiri. Tapi apa betul akan lebih baik? Untuk kota yang cukup kecil bersepeda dan berjalan kaki adalah pilihan terbaik karena terjangkau dan memudahkan orang untuk kemana-mana, apalagi kota kecil itu tidak sepolusi kota Jakarta atau kota besar lainnya. Di kota besar itupun sudah mulai ada gerakan Bike To Work, dimana orang memakai sepeda untuk ke kantor. Mengapa tidak di kota kecil yang lain yang lebih masuk akal untuk memakai sepeda. Di Amsterdam, 40% orang menggunakan sepeda. Di Beijing, China, saja ada 4 juta sepeda dengan total sepeda seluruh china sekitar 500 juta sepeda. Di Jepang juga ada lebih dari 80 juta sepeda yang mengakomodasi 17% komuter yang lalu naik subway. Di New York, 21% orang berjalan kaki atau naik sepeda. List ini terus bertambah karena setiap kota akan ada inisiatif dari pemerintahnya (Kecuali Indonesia tentunya)
Mau tahu perbandingannya dengan memakai mobil?
Jalan untuk satu mobil dapat dipergunakan untuk enam sepeda (1:6). Untuk parkir perbandingannya lebih besar lagi. Tempat parkir satu mobil dapat memuat 20 sepeda (1:20).
Dalam hal effisiensi, ini bisa lebih ekstrim. Berat sepeda hanya 13 kg, dimana mobil bisa 1-2 ton. Kalau yang naik mobil hanya 1 orang maka material yang diperlukan sangat tidak efisien.
Beberapa keuntungan dari memakai sepeda:
– Tidak usah membeli BBM
– Tidak usah membayar STNK
– Tidak usah punya SIM
– Perawatan sangat minimal karena tidak memakai mesin seperti motor
– Tidak usah ganti oli, aki, lampu, rem, dan lainnya
– Bebas polusi
– Sehat (15 menit bersepeda per hari mengurangi resiko terkena penyakit jantung)
– Yang paling penting: HEMAT UANG
Pemerintah daerah dan kota harus juga mensosialisasikan hal ini dengan memberi contoh juga, yaitu pegawai negeri memakai sepeda, ataupun subsidi. Di Amerika sendiri hal ini sudah dimulai dengan patroli kompleks perumahan yang 95% memakai sepeda. Hal ini pun menaikkan tingkat penangkapan dibanding dengan sewaktu menggunakan mobil. Di New York ada sekitar 300 perusahaan kurir yang memakai sepeda, mengapa tidak kita lakukan juga di sekitar segitiga emas sudirman, thamrin dan kuningan? Di negara Belanda pemerintah sudah menyiapkan Bicycle Master Plan untuk mengakomodasi semua keperluan per-sepedaan disana. Spanyol sudah menyiapkan 965 km jalur khusus sepeda plus 640 km jalan yang sudah dapat digunakan oleh sepeda tetapi tidak khusus.
Hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah infrastruktur pendukung seperti:
– Tempat parkir sepeda di gedung (sudah dimulai oleh komunitas Bike To Work)
– Integrasi dengan alat transportasi lainnya
– Jalan khusus sepeda
Bagaimana dengan stigma negatif masyarakat untuk bersepeda? Perusahaan mobil memang sudah lama memakai iklan bahwa naik motor atau mobil itu keren dan menaikkan status sosial. Tetapi apakah anda tahu Bos dari Indomobil, Bapak Subronto Laras adalah mania sepeda? Saat ini pesepeda selalu dikaitkan dengan kemiskinan. Semua ini harus dapat dirubah, tentunya dengan dukungan pemerintah juga untuk menyadarkan masyarakat yang mudah terpengaruh. Saat ini sudah banyak klub-klub sepeda yang malah kebanyakan anggotanya adalah orang-orang dengan status sosial tinggi.
Banyak orang juga bilang bahwa naik sepeda itu berbahaya, bisa ketabrak mobil atau motor. Saya sendiri waktu kecil naik sepeda tertabrak becak nyemplung ke got. Tetapi itu semua karena infrastruktur jalan sepeda yang tidak ada. Bila pemerintah mau membantu membuat infrastruktur tersebut, maka persepsi bersepeda berbahaya itu juga akan hilang.
Bike To Work sekarang didukung oleh Bapak Fauzi Bowo, calon Gubernur DKI, dan sering bersepeda bersama komunitas itu juga. Apakah beliau akan bisa membangun kota Jakarta dengan visi lingkungan dan memberikan prioritas untuk sepeda? Kita tunggu tanggal mainnya pas pemilihan nanti!
Entry filed under: Hemat Di Jalan, Manifesto Hijau.
11 Komentar Add your own
Tinggalkan Balasan
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed
1. Tien Wahyuni | 9 Mei, 2007 pukul 19:26
Saya setuju sekali, kalau ada pemerintah daerah di Indonesia mencanangkan program naik sepeda sebagai bagian transportasi umum yang ramah lingkungan dan ramah duit. Masalahnya banyak faktor yang harus bisa mendukung, terutama banyak daerah yang memiliki topografi yang tidak datar, seperti di Kalimantan, kota2 seprti Balikpapan dan Samarinda. Kedua kota ini kebanyakan gedung2 pemerintah di daerah yang tinggi. Kalau naik sepeda sptnya ga layak banget, harus ngos2an menuju bukit. Sebenarnya sdh lama terpikir hal seperti itu, apalagi sejak sering berkunjung ke Belanda, dimana negara ini umumnya datar. Penggunaan sepeda menjadi impian, tapi juga terkendala. Seharusnya, diperlukan modifikasi sepeda yang menggunakan energi baterai entah pake energi surya atau dicharge gitu, supaya pada saat menuju tanjakan masih tetap bisa digunakan.
Sepeda di Pulau Jawa, ok lah, tapi tidak untuk daerah2 yang topografinya sulit, pekerjaan baru atau proyek baru nih….. Yg pasti masih banyak hal perlu dipikirkan, termasuk alokasi jalan untuk pengendara sepeda. Di zaman skrang ini, di mana semua orang ingin berpikir praktis, seharusnya pemerintahlah yang harus meluncurkan ide, tapi saya pesimis tuh, rasanya harus ada satu kabupaten yang masih dapat mengatur daerahnya sendiri sebagai proyek contoh. Kalo Jakarta, uhhhh jauh dari harapan……Tapi mudah2an calon2 Gubernur Ibukota bisa membaca ini. Semoga…….
2. Gianto | 26 Mei, 2007 pukul 01:51
Hemm… jadi ingat masa” SMU dulu, dulu saya waktu SMU kelas I kesekolah pake sepeda, saya sekolah di Tembilahan. sampai saat ini di Tembilahan (INHIL) masih banyak yang pake sepeda kesekolah. memang sih semakin hari jumlahnya semakin berkurang, orang sudah banyak yang pakai motor ketimbang sepeda. Alasannya macam” but yang paling umum adalah “GENGSI”. saya jadi heran katanya ekonomi Indonesia sedang sulit. but bebek” kok makin banyak ya???? dan kebanyakan orang gak mau hidup hemat. hehhhh Tanya Kenapa????
3. Felix | 6 Juni, 2007 pukul 13:01
saya setuju sekali dengan program naik sepeda. kapan yah Jakarta bisa seperti itu. bebas polusi, lebih sehat, dan gak perlu demo2 lagi karena kenaikan BBM kan..:)
Ayo kita sarankan orang2 naek sepeda.!!
4. panji widyasmara | 24 Desember, 2007 pukul 23:12
wah…wah…wah..
nah gini yang saya harapkan,semua orang bisa mengerti akan adanya pemanasan global akibat polusi BBM,
memang benerkok kalau kita naik sepeda dalam melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya kekantor, kuliah atau yang lainya tubuh kita bertambah sehat dan energik, selain itu kita juga bisa hemat
contonya saya sendiri, setiap pergi kuliah saya selalu mengendarai sepeda saya padahal kalau naik angkot biayanya Rp.4000 PP dan kalau naik motor bensin 1 liter, jadi kalau dihitung 1 tahun kita bisa lebih irit labih dari 1 juta dan jumlah itu tidak sedikit lho….
nah itulah yang saya bilang tadi selain kita bisa hemat kita juga sehat nah selain itu kita juga bisa mengikuti club sepeda pada saat hari libur, kita bisa jalan-jalan bareng satu rombongan dari daerah-daerah yang belum kita kenal, itu juga bisa menambah banyak kenalan,
selamat mencoba><<<
5. kemal | 22 Maret, 2008 pukul 08:02
klo bukan kita yang mengusung ….
lalu siapa lagi???
hayu atuh …. AKU INGIN HIJAUUUU…..
6. youD | 22 April, 2008 pukul 11:37
Yoi,,,,setuju banget…
Sebagai mahasiswa aku pengin ngajak tmen2 buat nyepeda ke kampus…\
kebanyakan perantauan memilih tempat kos yang dekat dengan kampus..
mengapa mereka lebih suka menggunakan kendaraan bermotor?
Tapi aku salut dengan keputusan universitasku (UGM) yang mencanangkan area bebas kendaraan, di gedung pusatnya dan saya rasa di universitas lain juga sudah melakukan hal yang sama.
ketika bersepeda di area itu alamak,…enanknya…
sejuk, ,terdengar bunyi2 serangga hutan, tidak ada lalu lalang kendaraan bermotor (g takut tertabrak).
pokoknya enak bike to campus…
sambil berhemat uang saku + ikut menyelamtkan bumi.
Selamat hari bumi 2008.
7. Aizzah Nur | 5 Juni, 2008 pukul 14:44
Aku juga sudah mulai ber-B2W sejak sebulan yang lalu lho.. Sehat di badan, hemat di kantong.. 😉
Salam ting ting…
Aizz
8. ari | 27 Maret, 2009 pukul 18:39
harga sepeda juga masih mahal, harga nya masih bisa bersaing dengan sepeda motor, ada solusi?
9. Aku Ingin Hijau | 27 Maret, 2009 pukul 22:51
wah… beli sepeda yang model apa tuh mahal banget? sepeda itu kalau bekas pun bisa dapat 300 ribu. sepeda edisi B2W yang menurut saya sudah bagus juga tidak kalah dengan sepeda yang mahal-mahal dengan harga yang terjangkau. Jadi untuk naik sepeda itu harga bukan masalah. hanya kemauan saja yang membatasi.
10. Evan | 28 Agustus, 2010 pukul 02:00
Mau tahu perbandingannya dengan memakai mobil?
Jalan untuk satu mobil dapat dipergunakan untuk enam sepeda (1:6). Untuk parkir perbandingannya lebih besar lagi. Tempat parkir satu mobil dapat memuat 20 sepeda (1:20).
wah wah yang benerrr parkir 1 mobil bisa buat 20 sepeda?? 1 mobil tuh cuma butuh 2,4 meter x 5 meter… masa sih cukup 20 sepeda????
11. alfa | 5 Januari, 2011 pukul 15:15
gw aj dah 4 bln naik speda aja klaw mw pergi krja !!! hemat sih ?!
tapi tenaga gw dikuras hbis dibuatx ?!!!!!