Nikmatnya tol dalam kota Jakarta tanpa truk
5 Mei, 2011 at 20:43 6 komentar
Berhubung ada KTT Asean maka jalan tol dalam kota Jakarta tidak boleh dilalui oleh truk. Ternyata hal ini membuktikan bahwa yang membuat macet adalah truk-truk yang sering kali mogok, jalan sangat pelan di bawah batas minimum akibat kelebihan beban, atau malah sudah pelan tetapi jalan di bagian tengah jalan, bukan di sebelah kiri sehingga menghalangi mobil yang lain.
Hari ini saya pulang dari arah cawang dan melewati tomang pada jam pulang kantor, tetapi jalan tol kencang sekali. Baru kali ini begitu nikmatnya jalan tol yang memang tanpa hambatan.
Mudah-mudahan hal ini dapat jadi bukti percobaan untuk membuat kebijakan selanjutnya bagi pemerintah kita. Sayang hanya sampai tanggal 9 Mei 2011 dan jalanan akan kembali normal alias macet.
Entry filed under: Berita Lingkungan Lokal.
6 Komentar Add your own
Tinggalkan Balasan
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed
1. dudi | 6 Mei, 2011 pukul 07:54
IMHO,
di logika aja. truk-truk besar yang lintas propinsi (bahkan lintas pulau) harus lewat tengah kota, bahkan lewat tol dalam kota. angkutan berat dari jawa ke sumatera atau sebaliknya harus lewat tol dalam kota. WTF?
jadi, kalo diliat ini sebenernya udah salah sejak dulu. harusnya kan truk-truk seperti itu lewat tol lingkar luar.
2. Miftahgeek | 7 Mei, 2011 pukul 14:59
Bentar, jalan TOL macet?
3. Verena | 10 Mei, 2011 pukul 22:31
sebenernya truk besar (seharusnya) boleh lewat jalan kota di atas jam 22.00. jadi kalau ada yang lewat di bawah itu ya berarti melanggar peraturan. katanya sih dicabut…duh! digalakkan cuma kalau ada kegiatan kenegaraan seperti KTT ini. sedih ya.
sebenarnya, kok berasa makin macet aja ya makin hari. penanganannya ga paralel sih. sama aja kayak jaman orba. nambah jalan diterusin, tapi aturan pembatasan kendaraan pribadi ga diberlakukan. harusnya kayak di US aja tuh, bensin bener2 dicabut subsidinya. makin mahal bensin jadi “maksa” orang untuk kreatif dengan kendaraannya. selain itu, buat saya yang makin sering pakai TransJakarta, moga-moga armadanya ditambah dan didukung dengan penyediaan BBG yang teratur buat mereka.
liat aja deh.
* tetap semangat
4. dagingkuda | 14 Mei, 2011 pukul 07:18
Serba salah. Kalau truk tidak boleh lewat tol Dalkot, distribusi jadi lebih panjang waktunya, yang artinya costnya jadi lebih besar…. Truk mau masuk dalkot ato tidak, tetap sama macet kan, cuma beda panjang antrian aja…
5. Achmad Allam | 31 Mei, 2011 pukul 14:26
Rasanya kasihan truk-truk dijadikan sasaran biang kemacetan. Merekalah yang menyebabkan terjadinya transportasi produk barang untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Sopir-sopirnya tegang, kelelahan, belum ancaman bajing luncat dan pungli di jalan. Bagaimana dengan kendaraan-kendaraan pribadi ber-AC yang hanya diisi 1-2 penumpang? Apakah di dalamnya ada beras, terigu dan lain-lain?
6. sopir sabar | 2 Juni, 2011 pukul 15:04
biang keladi kemacetan bukan 100% akibat truk saja. kalau anda cuman melihat dari sisi kepentingan anda sendiri, banyak sopir yg mengeluh. berapa sih pendapatan sopir? semua membutuhkan akses yg cepat. apa anda mau,jika semua harga naik gara2 distribusi logistic sedikit mengalami kendala. jangan egois dan pikir baik2 jika anda membuat sebuah opini.