Kelas Ramah Sampah
19 September, 2008 at 17:20 5 komentar
Belajar ramah pada lingkungan tak harus selalu dalam bentuk pelajaran yang diikuti ujian. Belajar ramah pada lingkungan bisa kita mulai dari kebiasaan sehari-hari. Saya menggunakan hal ini sebagai salah satu cara untuk membiasakan kami semua belajar ramah pada lingkungan.
Barangkali, kebiasaan-kebiasan ini dapat anda lakukan di kelas atau di rumah.
Kotak Kardus
Saya biasa menggunakan kotak kardus sebagai wadah-wadah penyimpanan.
Saya meminta kardus-kardus bekas botol air mineral atau minuman kotak di kantin sekolah. Alternatif lain, anda bisa meminta kotak bekas kertas rim di kedai fotokopi.
Kardus-kardus yang saya gunakan, luas dasarnya sesuai dengan ukuran kertas A4 atau ukuran kertas folio. Saya memotong kardus besar itu agar tingginya hanya sekitar 8 cm. Agar lebih menarik, saya membungkus kardus-kardus itu dengan kertas warna warni seperti kertas kado.
Kardus-kardus ini banyak gunanya di dalam kelas. Saya biasa menggunakannya sebagai tempat kertas, tempat mengumpulkan tugas, tempat alat tulis, dan lain sebagainya. Saya tak perlu membeli wadah-wadah plastik.
Kaleng bekas
Kaleng bekas permen atau rokok bisa digunakan sebagai tempat pensil. Saya mengecat dasarnya agar merk tidak terlihat. Anak-anak melanjutkan dengan menghias kaleng-kaleng mereka dengan menempel gambar atau mewarnai/menggambarinya dengan cat minyak.
Kertas Bekas
Kertas bekas hasil salah print, sisa fotokopi, dan lain sebagainya saya kumpulkan dalam satu kotak. Saya dan anak-anak menggunakannya setiap kami membutuhkan kertas untuk corat-coret, membuat draft, main surat-suratan, dan menggambar.
Jika selesai menggunakan kertas warna-warni, anak-anak pun terbiasa untuk menyimpan sisa-sisa kertas yang masih bisa digunakan, tak langsung membuang semuanya!
Daur ulang pensil dan crayon
Anak-anak sering menghabiskan waktu hanya untuk meraut pensil. Saya menyediakan sebuah kotak untuk pensil-pensil yang sudah pendek sekali. Pensil-pensil itu disimpan dalam keadaan tajam dan siap digunakan. Setiap kali ada pensil yang patah atau tumpul sementara kami sibuk bekerja, anak-anak akan mengambil pensil pendek cadangan ini. Tanpa disadari kami menngambil persediaan pensil baru lebih jarang dari biasanya.
Kotak Bekas Sepatu
Kami membuat kotak surat untuk setiap anak dari kotak bekas sepatu. Anak-anak menghias kotak itu dengan gaya mereka sendiri. Ini jadi kotak surat pribadi bagi kami di dalam kelas, tempat kami saling berkirim pesan. Menyenangkan, punya sesuatu yang bersifat pribadi, sekaligus melatih kami untuk terbiasa menulis.
Menyimpan Paperclip
Dengan kelas yang bookless, paperclip adalah piranti penting di kelas kami. Kami membiasakan diri memakai ulang paperclip sesering mungkin. Coba tebak berapa kotak paperclip yang kami butuhkan dalam 1 tahun ajaran? Dua kotak saja! Itupun kebanyakan terpakai karena sudah tak bisa menjepit kertas lagi.
Makan bersama
Makan bersama di saat istirahat sekolah sangat menyenangkan. Membawa bekal sendiri, bertukar percakapan tentang banyak hal, jadi kebiasaan kami sehari-hari. Anak-anak tak canggung membawa bekal sendiri, karena kami semua melakukannya.
Membawa minum sendiri
Kami membawa botol minum sendiri. Hemat, tidak membuat sampah, dan kami lebih banyak minum.
Menggunakan Lap/Handuk, bukan tissue
Acara makan bersama akan dimulai dan diakhiri dengan kegiatan cuci tangan. Daripada memakai tissue, kami memilih lap atau handuk. Tentu saja lap dan handuk dicuci setiap hari!
Membuat Tas Kain
Setiap akhir minggu, anak-anak perlu membawa banyak hasil karya hasil kerjanya. Agar tidak repot, anak-anak membuat tas kain dari belacu, dan menghiasnya gambar-gambar kesukaan mereka. Jika perlu membawa banyak barang, kami menggunakannya.
Bertanya, dan membuka berbagai kemungkinan
Pernahkah kita bertanya, apakah boleh menggunakan kotak makan sendiri saat membeli makanan untuk take away? Pernahkah kita bertanya, apakah kita boleh memakai kertas bekas yang dibawa sendiri untuk fotokopi? Pernahkah kita berpikir untuk membawa tas yang lebih besar saat belanja dan menolak kantong plastik? Tidak sulit lho, sungguh.
Entry filed under: Belajar Hijau.
5 Komentar Add your own
Tinggalkan Balasan
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed
1. Ananda Putra | 20 September, 2008 pukul 00:44
Dealing dengan sampah itu memang harus dimulai dari mengurangi membuat sampah.
Misalnya sekolah2 bisa mulai menyediakan air minum gratis di sekolah berupa keran/pancuran khusu utk minum (gak atau apa nama/istilahnya utk alat minum spt itu), sehingga murid-murid tidak perlu membeli air minum di dalam botol.
Kantor-kantor juga bisa memulai itu, karena saya masih lihat banyak kantor yg menyediakan air mineral untuk karyawanya tapi minumnya menggunkan cup sekali pakai buang.
2. Herman | 22 September, 2008 pukul 10:53
Wah, ini adalah daftar yang kami coba terapkan di rumah. Alhamdulillah anak kami yang 3 tahun sudah faham kalau buang sampah harus di tempat sampah. Istri saya juga mengarahkan untuk memanfaatkan kertas, kardus, dan barang bekas lainnya untuk membuat mainan.
Sungguh, kalau kita mendidikan anak kita untuk peduli lingkungan sejak dini, tentunya setelah besar mereka akan faham betapa pentingnya menjaga alama itu.
3. fitrah arma | 8 Oktober, 2008 pukul 13:50
mo tanya aja, kalo kertas sudah dipakai bolak balik, lalu diapakan lagi ? dibuang begitu saja atau masih bisa dimanfaatkan ?
4. iteng | 18 Oktober, 2008 pukul 15:40
sepertinya sekolah anda berhasil menerapkan itu pada anak-anak. bagaimana caranya anak2 bisa jadi sangat tertarik untuk ikut program itu??? soalnya di sekolah saya, ya ampyun susah banget.kayaknya ngigetin buat buang sampah aja sampai capek banget. oh iya bagaimana caranya untuk mengajak ortu juga?trims
5. roynatet | 1 November, 2008 pukul 11:54
Save our Nation,ga perlu hal yang besar….,apalagi yang muluk2
berawal dari lingkungan sekitar kita saja dahulu.
Hayu….atuh.