Global Warming? Gak usah mikir terlalu jauh deh.
7 September, 2007 at 18:42 25 komentar
“Nobody believes a weather prediction twelve hours ahead. Now we’re being asked to believe a prediction that goes out 100 years into the future?” Michael Crichton
Sudah banyak saya menulis tentang pelestarian lingkungan, solusi yang ramah lingkungan dan cara berpikir serta tips untuk terus mengurangi polusi di sekitar kita. Mungkin banyak yang berpikir bahwa saya sedang memerangi pemanasan global / global warming yang sedang hangat terus diperbincangkan. Al Gore juga terus mengutarakan hal yang sama. Memang banyak orang yang akhirnya merubah diri karena berpikir untuk mengurangi pemanasan global. Tetapi ternyata banyak hal yang disebutkan oleh Al Gore dalam filmnya “The Inconvenient Truth” yang ternyata setelah diteliti lebih lanjut tidak relevan pada fakta yang ada. Pada intinya, bukan terus kita lalu tidak peduli pada lingkungan, tetapi gak usah mikir jauh sampai pemanasan global. Yang kita perlukan adalah perubahan kecil yang dapat kita lakukan di lingkungan kita karena mencintai lingkungan itu akan sangat bermanfaat pada keluarga kita, kesehatan kita, serta penghematan uang juga. Jadi manfaat untuk pribadi kita lebih banyak seperti menanam pohon, akhirnya rumah jadi lebih sejuk, oksigen lebih banyak, udara lebih bersih, dan kalau ada buahnya bisa panen juga. Jadi dari artikel ini bukan lalu ingin mengurangi rasa kecintaan lingkungan kita, tetapi melihat perpektif yang lain untuk pemanasan global yang digemborkan itu.
Semua ini dituliskan oleh Mary Ellen Tiffany Gilder dalam Thesisnya “The Gospel According to Gore.”
Ada beberapa fakta menarik yang diutarakan oleh Mary dalam tesisnya.
Danau Chad yang menurut film Al Gore sudah kering akibat global warming ternyata memang sebuah danau yang sangat dangkal dengan batas terdalam 7 meter dimana sekarang yang terdalam hanya 1,5-4,5 meter. Kekeringannya terjadi karena banyaknya air yang tersedot oleh irigasi dan pemakaian manusia yang populasinya terus bertambah.
Gunung es Kilimanjaro yang esnya sudah semakin tipis ternyata sudah terjadi sejak tahun 1880, dan tidak ada hubungan pada CO2 dan kenaikan termperatur.
CO2 ternyata tidak menyebabkan termperatur naik. Tetapi temperatur yang menyebabkan CO2 naik.
Dan lainnya yang menarik untuk dibaca.
Kesimpulannya, banyak hal yang diungkapkan terlalu berlebihan sehingga orang pun ketakutan akan pemanasan global yang sebenarnya masih jauh kedepan.
Tetapi, bukan berarti kita lalu bermanja diri dan tidak peduli lingkungan. Lingkungan tetap harus bersih seperti rumah, selokan dan kali karena bisa membantu menanggulangi banjir. Pohon ditanam untuk kesejukan, obat, buah dan oksigennya dimana hal ini pasti membantu temperatur lingkungan kita, walaupun tidak secara global. Jelas rumah yang gersang dan penuh pohon akan berbeda.
Jadi, kita harus terus meneruskan usaha kita dalam melestarikan lingkungan kita. Mulai dari yang kecil saja, tidak usah mikir yang terlalu muluk.
Entry filed under: Manifesto Hijau.
25 Komentar Add your own
Tinggalkan Balasan
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed
1. pyoze | 28 September, 2007 pukul 11:27
saya sependapat. bukan terus selalu memikirkan jauh kedepan. tapi pikirkan terlebih dahulu yang sekarang….. jangan dibuat beban semua orang tuh, tapi tanggung jawab antar pribadi.
2. lay | 23 Oktober, 2007 pukul 19:49
gw pikir, gw lebih cenderung ke pemikiran yang jauhh ke depan..
knapa?
1. pemikiran yang jauh ke depan, pasti sudah dilandasi dengan perencanaan yang matang, untuk itu, keabsahan dan ke’rasionalannya lebih terjamin.
2.jika kita jauh memikirkan jauh ke depan, otomatis kita ga egois.coz kita juga mementingkan generasi di bawah kita. laion halnya dengan mamikirkan yang sekarang, tanpa tahu presiksi pada dekade yang akan datang.
3. sebenarnya masih banyak sih,… tapi berhubung gw males ngetik lagi, lagian biaya warnetynya mahal..(ga bawa duit euy) jadi udahan aja ya…
intina mah gw dukung semua comment, tapi alangkah baiknya dari beribu comment itu, di “merger” trus di saRING DAN DI APLIKASIKAN dalam kehidupoan iyeu…
getoh ajah yah….
keep this world clean n natural beauty.
3. Yohannes Donald | 29 Oktober, 2007 pukul 12:04
that’s right…
kampanye global warming semakin marak dan familiar di telinga kita akhir2 ini. mulai dari bono ampe al gore ikut berpartisipasi. tp gak ad satupun dari mereka yang ngasi tau “the simplest way” bt mencegah global warming.
yg musikus nyuruh ikutan join d konser mereka…
yg politikus terus ngoceh dengan byk muatan politisnya…
so, ap yg akhirnya kita dapat…???
nothing!..
jd, mulai deh dgn yg plng gampang sedunia…nanam pohon!
greenlover: “mas..mas ganteng ud ikutan nanam pohon?”
pemalas: “blom.” (terpancing karena dblng ganteng pdhl jelek bgt)
greenlover: “ikutan donk, biar kota kita hijau, indah dan segar!”
pemalas: “gw gak punya lahan euy?”
greenlover: “bs pk pot kok.”
pemalas: “gw gak tau harus beli dmana?”
greenlover: “kan ad yellowpages.”
pemalas: “ee…gw gak ad duit euy.” (smbl nyengir)
greenlover: “gak harus beli, biji tanaman/buah bs kamu ambl d bwh pohon, tmpat sampah ataw pasar.”
pemalas: “ee..gw gak tau cara nanam” (smbl garuk2 kepala)
greenlover: “begini..biji buah/tanaman yg kamu dpt kemudian di…”. (langsung dipotong si pemalas)
pemalas: “eeee….sori mbak..bokap gw meninggal. gw harus pergi sekarang…!!”
greenlover: “tu ngerti cara nanam.”
4. dodolipet | 29 Oktober, 2007 pukul 18:20
Hahaha. benar yohanes. sebenarnya setiap orang sudah mengetahui cara menyelamatkan lingkungan tetapi males aja. tetapi tetap sebelum kita memberi arahan pada orang lain, kita sendiri juga harus memulainya.
5. Rish_someone there | 29 Oktober, 2007 pukul 19:34
hahahaha, tapi kenyataannya ozonnya udah tipis deh, … kan akibat global warming bukan cuma yang tampak GILA GILAAN semacam danau kering, dll. kalo ozonnya udah nipis, kulit lo bisa kena radiasi ultra violet , dan sudah banyak yg ken kanker kulit. Trus tu beruang kutup, kasian dunk kalo es di sana mencair, tega amat….
Penghijauan , nanam pohon, tujuannya mang apa ??? kalo bukan menghasilkan O2, dan nahan radiasi
Jdi orang mikir ke depan juga lah… , emang sih tiba2 jadi gempar soal global warming, tapi kan… kalo manusianya makin lama makin ngaco, byk orang males nanem pohon, pake ac dan produk2 lain yang ngerusak ozon,… yah udah, rusaklah bumi
6. lacrami | 29 Oktober, 2007 pukul 21:50
Siapa yang bikin bumi semakin panas, tentunya bukan orang Indonesia, jadi kita tidak perlu perorangan membuat bumi ini menjadi dingin lagi…yang penting, kita harus tahu bagaimana menghadapi dan menyikapi akibat dari global warming ini ….
7. dodolipet | 30 Oktober, 2007 pukul 10:33
Halo Rish,
Memang kenyataannya ozon sudah tipis, temperatur sudah naik (walaupun belum terbukti apakah ini akibat ulah manusia atau memang anomali cuaca seperti abad sebelumnya). Maksud dari gak usah mikir terlalu jauh itu bukan berarti kita tidak peduli dan tidak mikir kedepan. Tetapi orang banyak yang terlalu idealis dengan mikir yang terlalu aneh sehingga tidak bisa diimplementasikan atau mahal ataupun memerlukan waktu yang lama. Mungkin anda salah membaca isi dari artikel ini bahwa bukan berarti kita meninggalkan kecintaan lingkungan karena sudah terlanjur hancur, tetapi kita bisa mulai dari diri sendiri dan hal yang kecil karena kalau kita mau mikir seperti membuat pulau tenaga matahari, atau deflektor radiasi matahari di luar angkasa, yah kapan jadinya…
Begitu Rish… kalau masih ada yang ganjel, akan saya jelaskan lagi nanti. thx.
8. dodolipet | 30 Oktober, 2007 pukul 10:41
Untuk Lacrami,
Kita tidak bisa saling menyalahkan dan mengatakan bahwa orang Indonesia tidak memiliki andil dalam merusak lingkungan, karena faktanya orang Indonesia jelas merusak lingkungan dan tidak peduli.
Dalam hidup kita sehari-hari kita akan selalu berhubungan dengan orang lain. Indonesia pun berhubungan dengan negara lain. Jadi kalau negaranya mencemari lingkungan, yah ujungnya karena ulah perorangan. Makanya setiap perorangan ini harus bertanggung-jawab. Jangan bilang anda tidak pernah buang sampah di jalan, sedikitnya buang karcis tol.
Kalau kita hanya mau tahu bagaimana menghadapi dan menyikapi berarti kita itu egois. Menghadapi itu untuk diri sendiri, paling tidak keluarga. menyikapi adalah sikap diri sendiri terhadap masalah. Tetapi akhirnya tidak menyelesaikan ataupun membantu menyelesaikan masalah.
Lebih baik, tanpa pamrih, kita ikut menyelesaikan masalah dengan tidak berpikir siapa yang salah, untung ruginya dan lain-lain. Karena pada akhirnya kalau Bumi kita hancur, bukan hanya orang luar negeri yang kena, kita juga kena. Satu negara hancur, resesi dan inflasi karena keadaan lingkungan, kita juga kena karena setiap negara saling berhubungan secara ekonomi juga.
Semoga kata-kata saya tidak ofensif. thx.
9. dowe | 7 November, 2007 pukul 23:03
jangan bilang dampak global warming masih jauh kedepan,, gw aja dah bisa ngerasaian sekarang, 3tahun yang lalu jogjakarta ga segini panasnya, tapi perubahan iklim akibat pemanasan global udah mulai terasa.
and gw sadar banget ada yang harus dilakukan untuk menghambat pemanasan global.. n gw setuju tu untuk ga mikir susah2 gimana partisipasi kita buat menguranginya, mulai aja dari diri kita.
misalnya neh,, akhirnya gw brenti ngerokok gara2 gw tau kalo asap rokok salah satu penyebab bolongnya ozon (idealis ya), gw ga manasin motor lama2 kalo pagi hari (coz asapnya juga ikutan bolongin ozon), gw brenti hambur2 kertas untuk corat coret yang ga penting (secara ntuk membuat selembar kertas ada satu pohon yang harus tumbang!), kalo dijalan gw ga iseng lagi metikin daun2 cuma buat iseng (daun juga punya hak hidup to), ga lagi hambur2 air ( nah kalo ne gw punya alasan sendiri, tapi lumayan kan buat menghemat persediaan alam)
see… just start from the small things that we usually do.
10. Joanne | 10 November, 2007 pukul 11:36
Plok…plok…..plok……….semuanye pada kasi comment yang elok ni, but yang perlu ditanya: Apa kamu” semua da pada do sumthing buat ngurangin global warming yang di ributkan bnyk orng tu??????????????common lahhhhhhh……jgn cuma kasih solusi tp never do it!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!just do it guys………………he………..he…………….
11. dodolipet | 10 November, 2007 pukul 11:45
Just Do It. Bener kata Joanne. Biar kecil tapi kita do something untuk lingkungan kita.
Dowe, selamat karena kamu sudah rela mengubah cara dan gaya hidup demi lingkungan.
12. somebody | 14 November, 2007 pukul 19:07
Gak setuju banget!!!
Global warming itu emang bener2 ada, dan mau gak mau kita harus berubah!!!
Sekarang saya sering ngajak temen2 buat ngelawan global warming. gak pernah buang sampah sembarangan. matiin ac. jalan kaki ke school. make kertas bolak-balik. make botol minum sendiri. dll…
So, please! FIGHT THE GLOBAL WARMING!!!
13. dodolipet | 14 November, 2007 pukul 21:26
Halo Semebody,
Kalau liat kata2 saya yang terakhir “kita harus terus meneruskan usaha kita dalam melestarikan lingkungan kita. Mulai dari yang kecil saja, tidak usah mikir yang terlalu muluk.”
Nah, bukan berarti Global Warming itu tidak ada. Memang ada. Tetapi artikel ini hanya bilang semua teori Al Gore itu gak semuanya bener.
Jadi betul. Ajak teman2 anda melawan global warming. Tetapi kalau saya bilang sih bukan melawan global warming lah karena kesannya terlalu besar dan wah. Saya lebih senang bilang menyelamatkan lingkungan sekitar kita. Karena itu masih bisa kita kontrol dan kita jalani. Kalau global warming. Ahh kata-kata itu terlalu tinggi.
Saya ikut mendukung upaya anda. tx.
14. pisman | 27 November, 2007 pukul 11:26
dear all greenlovers,
Saya sebetulnya cape melihat fenomena kita dan lingkungan kita yang semakin buruk, dan (anehnya) manusia tidak mau mengubah prilakunya. Jika ingin dampaknya besar harus komitmen dari atas. Tapi apa daya, hanya sedikit dari kita dan pemimpin kita yang punya sense of nature. yang ada skr orang2 hanya sibuk memikirkan karir, bisnis/uang. padahal ada sisi lain yang buruk dari kehidupannya yang siap mengancam kebahagiaan hidupnya, yaitu kenyamanan lingkungan. “Pembangunan” gedung2 dan bangunan, menyempitnya lahan serapan air dan lahan hijau, gundulnya hutan-hutan kita, semakin padatnya jumlah manusia dan kendaraan bermotor yang dipakainya, semakin banyak industri liar tak berAmdal. Akibatnya : Semakin terik dan panasnya matahari, semakin kotor dan beracunnya udara, dan keganasan lainnya yang dimunculkan Tuhan melalui alam akibat keganasan dan kebodohan manusia dalam menjalani kehidupannya.
Ternyata tetangga pun banyak yg tidak senang menanam pohon krn alasan macam2. Padahal anehnya, dia sendiri mengeluh kepanasan. Saya heran dengan orang2 spt itu, apa isi kepalanya?!
Yang saya dapat lakukan hanya berusaha memelihara rumah saya dan berdoa semoga saya dan keluarga saya, serta orang-orang yang menyayangi alam ciptaan Tuhan berada dalam keselamatan dan kebahagiaan. Amin!
15. nothing | 27 November, 2007 pukul 13:41
ehm,saya cuma mau nanya aja..mungkin temen2 di sini ada yang bisa jawab pertanyaan saya..tapi sebelumnya maaf,kalo pertanyaan saya ini agak sedikit konyol,atau bisa dibilang ga penting lah..tapi saya ga tau harus nanya kemana lagi,soalnya saya ga punya kenalan yang bisa saya tanyain soal ini..pertanyaan saya,bisa ga sih global warming ini bukan cuma distop aja,tapi bisa ga sih keadaan alam kita yang sekarang ini dikembaliin kaya dulu lagi?soalnya saya udah ga tahan banget sama panasnya matahari sekarang ini,bener kata si mas yang dari jogja itu..dulu saya ngerasa kalo panas matahari tuh kerasa bangetnya pas lewat jam10an lah,tapi sekarang jam8an aja udah kerasa panas banget..temen2 semua tolong bantu saya yah jawab pertanyaan ini,mungkin kalo saya udah ga penasaran lagi sama pertanyaan ini,saya bakalan tambah semangat lagi buat ngelakuin hal2 kecil mulai dari lingkungan sekitar kita yang bikin dunia ini lebih hijau lagi..makasih temen2,keep ur world as green as u can.
16. dodolipet | 27 November, 2007 pukul 23:51
Memang nih beberapa hari ini udara sudah semakin panas, air laut pasang tinggi sekali, dan hujan juga sedikit banget.
Mengembalikan keadaan alam? hmmm… gak tau juga yah saya bukan ahlinya. Susah juga karena dengan meningkatnya populasi, maka manusia pun memerlukan lebih banyak lahan, makanan, tempat tinggal, dan konsumsi lainnya sehingga mengambil lahan-lahan hijau menjadi pemukiman dan pabrik. Untuk mengembalikannya harus menghancurkan semua itu dan kembali ke masa lalu.
Ada buku menarik karya Alan Weisman’s “The World Without Us” yang menceritakan imaginasi mengenai bumi tanpa manusia. Nah… kita bisa membayangkan kota Jakarta yang tiba-tiba kosong tanpa manusia dan pohon-pohon mulai tumbuh dengan liar bersama dengan gedung yang kosong melompong dan sampah-sampah plastik yang bergelimpangan serta sulit terdaur sampai ribuan tahun dimana Jakarta sudah menjadi hutan bercampur beton.
Jadi dengan gaya hidup kita sekarang, walaupun manusia hilang tetap saja efeknya terbawa hingga lama sekali. jadi… kita harus mencintai lingkungan kita dan terus berusaha untuk merubah sikap kita. Walaupun dunia tidak bisa kembali seperti dulu, segala usaha kita pasti berarti.
Ayo semangat!!!!
17. emonikova | 1 Desember, 2007 pukul 20:56
Ayo atuuuh kita bareng2 jaga lingkungan kita… saya ikutan aaah jaga lingkungan hidup ini… saya kan nggak mau gosong kena global warming he1000x….^__^
18. anin | 4 Desember, 2007 pukul 12:04
aku lagi mau bikin kampanye global warming tanggal 11 des,ya walopun ni tugas kuliah tapi moga2 bisa bikin kita semua sadar akan global warming…mohon doa moga aja kampanye ku lancar
19. dodolipet | 4 Desember, 2007 pukul 12:38
Semoga sukses Anin. Kita turut dukung!
20. dw donkz | 6 Desember, 2007 pukul 11:26
gw pikir ada benerny juga. Percuma kita sok jadi pemikir yang handal soal global warming tapi dari hal-hal kecil yang kita lakuin aja uda bikin pengaruh yang gede banget buat global warming……
Untuk pertanyaan nothing, menurut gw dunia kita bisa kok kaya dulu asal semua org di dunia ini terutama org Indonesia coz indonesia ini paru2 dunia klo indo aja pohon-pohonnya ditebang secara membabi buta, APA KATA DUNIA??? ya gax… sebaiknya kita ngelakuin sesuai peran kita aja di masyarakat n pemerintah jangan cuma cengo nerima ini urusin ini benar2. Walau masih banyak urusan kaya warga kolong tol, banjir taonan, korupsi, dsb tapi ini menyangkuat rakyat dunuia. OKKKKKKEEY????^_^
21. salena | 11 Desember, 2007 pukul 14:15
bagaimana kalau seandainya dunia ini di beri waktu istirahat satu kali 24 jam dalam setiap bulannya, oleh seluruh penduduk dunia..untuk tidak menggunakan listrik dan berkebdaraan baik mobil atau motor… ( kecuali hanya rumah sakit)… saya yakin ini akan sedikit mengurangi beban derita bumi kita yang sedang sakit…
22. andri | 13 Desember, 2007 pukul 12:54
Siap.
Gak perlu jauh2. Just look around you and ask: do you feel panas n garing???
Pertanyaan ini kudu ditanyakan ketika kita berada di luar rumah/kantor/kendaraan pribadi lho. Kalo berada di dalam tempat2 itu mah, cuma sikap gak peduli yang didapat. Orang akan bilang “toh gw mampu bayar”. Kalo kita terus2an makai AC dan tidak merasakan lingkungan sebenarnya, kita gak akan sadar betapa lingkungan kita tambah panas.
Hidup hemat energi I think is fun. Ke tempat sekitar rumah (pasar, apotek, tk koran) jalan kaki, sama dgn celebrating the beings around us: tetangga, rumah2, kucing2, pepohonan. Nanam taneman/bunga2an is fun: you’ll be surprised by the various shape, colour and size of them, milah2in sampah juga membantu pemulung n tukang sampah, dan mengurangi pemakaian AC juga akan menghemat pengeluaran.
It’s fun, human and healthy.
23. Togar Silaban | 13 Desember, 2007 pukul 16:52
Menarik juga tulisan yang dikemukakan Mary Ellen Tiffany itu. Bagaimana argumentasi teknisnya. Perlu juga penjelasan lebih lengkap.
Sebab tulisan itu agak berbeda dengan Fourth Assessment Report (AR$) yang dikeluarkan IPCC. Hadiah Nobel perdamaian diberikan kepada IPCC karena laporannya. (tentu kalau laporannya keliru, kok Nobel bisa didapat.
Sejumlah ahli di COP13 UNFCCC kemarin di Bali juga menyatakan kalau pemanasan global itu adalah hasil kegiatan manusia.
Saya setuju kalau kita mulai dari diri kita sendiri. Hayo hemat enerji (hemat kantong juga), tanam dan rawat pohon.
Salam
24. aRuL | 19 Desember, 2007 pukul 02:39
intinya kampanye menjaga lingkungan.
25. giovani | 19 Desember, 2007 pukul 15:27
aku mau banget ikutan gerakan kayak gini..
aku kayaknya belum siap aja berpanas2 ria sendirian, make sepeda kemana-mana, nanem pohon. pinginnya rame-rame aja biar seru juga, sekalian nambah pengalaman.
tapi, aku susah banget nyari kumpulan orang begitu..
Misalnya, kemarin kan ada gerakan tanam 10juta pohon, aku mo ikut, tapi gak taunya udah lewat jadwalnya..
ada yang tau gak, sebuah organisasi yang biasanya suka berkampanye kayak gitu?? Kalo ada, tolong email-in ke aku ya..
emailku: vhan_da_rose@hotmail.com
Thanks yaa..