Green is the New Black. Semua mau kelihatan hijau.
9 Desember, 2007 at 23:11 9 komentar
Dengan adanya konferensi perubahan iklim sejagat (UNCCC) di Bali bulan Desember ini, semua tidak mau ketinggalan. Mulai dari gerakan menanam perempuan menanam pohon, aksi menanam bakau, bagi-bagi pohon dari partai politik, sampai topik-topik lingkungan di majalah dan koran. Topik lingkungan menjadi topik baru yang diomongkan oleh semua orang dimana-mana.
Pertanyaannya adalah, mereka yang bicara, apakah mereka juga melakukannya? Apa para politisi yang mengaku partai pendukung lingkungan akan ke kantor dengan kemeja lengan pendek, tidak memakai jas, menaikkan temperatur di ruang rapat, atau hal lainnya? Mungkin tidak mungkin tiba-tiba DPR penuh dengan politisi naik sepeda, tetapi paling tidak gak usah pakai pengawal jalan (foraider). Sudah jelas naik mobil boros, malah ditambah pengawal segala. Untuk para pengusaha, paling gampang adalah menaruh tanaman pot di dalam ruangan (lebih baik lagi setiap ruangan) dan diluar kantor. Kalau ada ruko, taruh tanaman pot di depan pintu dan yang juga selalu terlupakan adalah atap ruko yang selalu kering gersang. Padahal bila atap ruko dan pintu depan sudah terisi tanaman, polusi pun akan turun drastis, udara pun lebih segar.
Semua kegiatan bertema lingkungan ini sangat baik. Bagaimana tidak? menanam 10 juta pohon saja sudah hebat banget. Apalagi bila penanaman pohon dan bakau terus dilakukan di seluruh Indonesia. Masalahnya adalah perawatan dari pohon-pohon tersebut. Jangan sampai sudah gembar-gembor menanam pohon, apalagi masih bibit, tetapi tidak pernah sampai besar karena kurang perawatan.
Terlebih lagi, mereka yang melakukan penanaman atau mengaku mau membantu lingkungan juga harus rela merubah gaya hidup mereka dan mencari cara untuk terus menghemat energi, air dan melestarikan lingkungan.
Nah kalau sudah membuat gerakan lingkungan dan juga melakukan serta menularkannya kepada keluarga dan teman-teman, baru efek domino yang besar akan terjadi.
Entry filed under: Berita Lingkungan Lokal.
9 Komentar Add your own
Tinggalkan Balasan
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed
1. Abimanyu | 10 Desember, 2007 pukul 01:52
lagi booming tema “BACK 2 Nature” rupanya… hm.. bagus juga si… moga2 mereka nggak cepat bosan y.. klo gaya arsitektur sih cenderung cepet berubah…
2. didut | 10 Desember, 2007 pukul 10:38
setujuh aja 😀
3. telmark | 10 Desember, 2007 pukul 15:12
perawatan memang harus mutlak dilakukan.
toh hutan yg tadinya “perkasa” juga jadi loyo, karena penjagaan dan perawatannya yg kurang, bahkan tdk ada sama sekali.
4. dodolipet | 10 Desember, 2007 pukul 18:30
Tadi juga teman saya ada yang baru pulang seminar ternyata setiap peserta diberi souvenir bibit pohon Jati Putih. Hebat. ternyata idenya boleh juga tuh… kalau semua seminar bagi-bagi bibit bisa banyak juga pohon yang baru.
5. erander | 10 Desember, 2007 pukul 21:05
Kita masih suka dengan seremonial .. begitu acara selesai. Selesai pula gegap gempitanya. Saya malah salut lihat orang2 yang ditengah sepi di pelosok2 Indonesia .. terus menyelamatkan lingkungannya. Sehingga wajar mereka dianugrahi Kalpataru.
6. isackfarady | 11 Desember, 2007 pukul 00:11
yang bener itu, ajak, nanam, rawat… piss:P
7. Vicko | 12 Desember, 2007 pukul 11:01
Semoga tidak hanya hangat2 semata…
Saya link ya blog ini…
8. gogol | 14 Desember, 2007 pukul 11:22
good marsogud, top margo top
9. verdinand | 19 Desember, 2007 pukul 13:29
kita nggak bisa apatis begitu
memang keliatannya semua jagi green gitu
tapi beberapa tuh beneran serius
sesuai dengan apa yang dikampanyekan
*pengalaman pribadi