Saluran got bukan tempat sampah

9 November, 2008 at 02:21 12 komentar

bersihkan_got

“Jalanan banjir!”. “Drainase jelek!”. “Sampah tutupi pintu air!”. “Pemerintah gagal membersihkan kali!”. “Musim banjir datang lagi!”. “Pemerintah tidak siap hadapi musim hujan!”.

Itu adalah kata-kata yang sering dilontarkan media maupun masyarakat kalau sudah dekat-dekat musim hujan. Saya sih bukannya mau membela negara. Tetapi terlalu banyak orang yang tidak mau tahu, tidak peduli yang penting tidak banjir. Tetap saja buang sampah sembarangan tetapi tidak mau banjir.

Kalau tidak introspeksi diri kita masing-masing, negara manapun tidak akan sanggup menghadapi permasalahan perkotaan di Indonesia ini kalau masyarakatnya hanya bisa protes dan demo tanpa mau sadar dan memperbaiki diri.

Sebenarnya semua masalah banjir, sampah di kali dan laut, asalnya adalah saluran got di depan rumah kita masing-masing. Coba setelah membaca artikel ini, anda menyempatkan diri ke luar rumah dan melihat keadaan saluran got anda. Apakah lancar? hanya telihat air saja? banyak sampah menumpuk? air tidak jalan sama sekali dan gelap gulita?

Tahukah anda bahwa semua got yang ada di perumahan kita akhirnya bersatu di kali atau sungai yang pada akhirnya sampai ke laut? Jangan hanya mencibir pemerintah tidak bisa kerja. Kita pun sebenarnya memiliki andil dari permasalahan sampah yang ada dan menutupi pintu air sehingga banjir. (kompas 6 November 2008)

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO / Kompas Images

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO / Kompas Images

Memang pertama kita harus sadar dan tidak buang sebarangan.

Tetapi selain itu, kita harus selalu secara berkala (kalau bisa setiap hari) membersihkan saluran got di depan rumah kita. Tidak usah muluk-muluk mau membersihkan se-RT atau mau menggalang masyarakat buat aksi sosial membersihkan got di RT/RW. Itu sudah terlalu jauh, yang ada hanya membuat acara 1 kali dan setelah itu got penuh lagi dengan sampah.

Yang paling penting, perhatikan saja saluran got depan rumah anda sendiri. Bersihkan dari semua sampah terutama sampah plastik seperti kantong kresek, botol plastik, dsb. Kalau saya menyiapkan sapu lidi yang panjang dan pengki untuk mengambil sampah serta juga kait yang terbuat dari besi untuk mengambil kantong kresek. Setelah itu air di got di sapu agar air mengalir. Hal ini juga akan mengurangi resiko penyakit demam berdarah.

Pasti kita akan berpikir, ah… saya bersihkan got depan rumah besok juga penuh lagi. cape-cape amat… malas deh.

Kalau saya terus bersihkan tidak peduli dengan hal itu karena saya puas kalau melihat saluran got saya bersih. Tetapi selain itu saya juga bicara dengan tetangga bila salurannya menghalangi aliran air atau terus menerus kotor. Kita hidup di lingkungan masyarakat. Mereka juga harus peduli, tetapi harus kita beri contoh. Kalau kita hanya protes tanpa melakukan sesuatu mereka pun tidak termotivasi. Oleh karena itu walaupun mulai hanya sendiri, tetangga pun akan melihat dan ikut membersihkan.

Inilah yang selalu menjadi tujuan blog Aku Ingin Hijau. Hanya hal kecil, yaitu membersihkan saluran got depan rumah kita. Tetapi kalau dilakukan oleh semakin banyak orang, maka pasti akan ada hasil dan efek yang luar biasa. Saya yakin bahwa hal ini akan sangat berguna bukan saja untuk mengurangi banjir, memperbaiki kualitas air sungai dan laut untuk habitat laut dan air baku minum kita, tetapi juga akan mengurangi penyakit yang muncul akibat saluran got yang kotor.

  • Jangan buang sampah sembarangan. Buang sampah pada tempatnya yaitu tempat sampah
  • Bersihkan got secara berkala (sebaiknya setiap hari)
  • Ambil semua sampah dari got terutama sampah plastik dan masukkan ke tempat sampah
  • Sampah daun kering dapat anda kompos atau buang ke tempat sampah. Jangan dibuang ke got
  • Jangan membuang oli, minyak, cat tembok, pestisida atau bahan-bahan kimia apapun ke saluran got
  • Hindari pemakaian kadar sabun tinggi saat mencuci mobil
  • Bila got anda sudah dangkal karena banyak endapan, maka anda bisa gunakan cangkul untuk mendalamkan got anda kembali dan memasukkan endapan ke karung plastik

Jangan tunggu dari orang lain. Mulai dari diri kita sendiri. Saluran got bukan tempat sampah dan dapat menyelamatkan kita dari banjir.

Entry filed under: Berita Lingkungan Lokal, Lingkungan Kerja, Lingkungan Rumah. Tags: , , .

Cerita Perjalanan Barang Serius menangani masalah iklim dengan membuat Departemen khusus

12 Komentar Add your own

  • 1. Dedhi  |  9 November, 2008 pukul 11:52

    Orang buang sampah ke got mungkin juga karena infrastruktur pemungutan sampah tidak ada atau terlalu mahal buat mereka.
    Orang di kompleks mau saja iuran 100 ribu sebulan untuk gargage collection. Tapi orang di bantaran kali yg jumlah manusianya sama jadi kemungkinan produksi sampahnya sama mungkin tidak mampu membayar 100 ribu tersebut.

  • 2. Aku Ingin Hijau  |  9 November, 2008 pukul 18:29

    Sebenarnya itu bukan alasan bahwa karena kita tinggal di pinggir kali dan tidak mampu bayar tukang sampah jadi buang sampah ke kali. Apapun mulai dari tong bekas, ember, kantong kresek, dsb bisa dijadikan tempat untuk mengumpulkan sampah.

    Tapi yang jadi masalah juga, orang yang mampu bayar dan katanya berpendidikan juga sama, tetap buang sampah sembarangan, termasuk ke got dan kali. Jadi bukan masalah uang lagi tapi kesadaran.

    Saya yakin semua orang pasti pernah melihat teman, saudara atau bahkan orang yang tak dikenal, dan diasumsikan berpendidikan, buang sampah sembarangan, dan kita diam saja tidak peduli. Yang punya mobil mewah pun sama. Mereka semua mampu bayar tukang sampah dan membeli tempat sampah.

    Makanya tidak usah pusing-pusing orang lain. Urusan diri kita sendiri saja dulu, yaitu membersihkan got depan rumah masing-masing.

  • 3. lim  |  10 November, 2008 pukul 10:50

    Saya setuju dengan pendapat anda AIH,

    Kita tidak bisa menunggu semua orang tidak membuang sampah baru saya ikut tidak membuang sampah.

    Saya tidak membuang sampah sembarangan sejak SMP, hal ini saya tularkan pada keluarga dan istri saya. Karena saya menjadi guru, hal ini saya tularkan kepada anak didik saya. Minimal kamu (siswa) harus tidak buang sampah di jalan.

    Tidak membuang sampah sembarangan tidak ada hubungan dengan pendidikan dan status sosial. Percayalah bahwa tidak ada hal besar yang akan terjadi jika tidak dimulai dari hal kecil.

    Penyakit masyarakat kita memang kronis. Pernahkah anda lihat telpon umum dekat anda yang utuh dan masih berfungsi? Jika itu bukan milik saya maka saya bebas memperlakukan apa saja padanya.

  • 4. Adie  |  10 November, 2008 pukul 20:54

    Semuanya emang sudah menjadi tabiat sebagian orang indonesia yang tidak mau repot, liat ada got/kali nganggur udah dijadiin tempat buang sampah. Mulai sekarang dengan semangat hari Pahlawan kita kampanyekan buang sampah pada tempatnya!

  • 5. j-me  |  11 November, 2008 pukul 17:57

    saya setuju…
    tp walaupun saya d skul sudah lumayan aktif dalam memberikan info…terutama dari akuinginhijau
    mereka ada membaca tp kyknya tetap saja buang sampah sembarangan ….
    jadi cara apalagi yg saya lakukan?????
    thank’s

  • 6. Rika Oktianti  |  13 November, 2008 pukul 15:59

    Budaya membuang sampah pada tempatnya harusnya memang dibudidayakan semenjak masih kecil.
    Apabila peraturan di negara kita ditegakkan seperti di Singapura, dimana ketika masyarakatnya membuang sampah sembarangan dikenakan denda. Mungkin apabila negara kita tegas kepada masyarakatnya, masyarakat Indonesia baru akan taat pada peraturan untuk membuang sampah pada tempatnya.
    Masalah budaya… dan tidak adanya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan bersih.

  • 7. kalamharun  |  14 November, 2008 pukul 14:49

    Saya setuju sekali dengan pendapat dan aksi anda. Mulai dari diri sendiri, mulai dari got depan rumah sendiri hehe 🙂
    Pengalaman di perumahan saya, mengajak warga kerja bakti keliatan susah sekali kalau hanya dilakukan lewat pengumuman atau himbauan. Yang efisien langsung ambil cakul, sekop, sapu dan mulai kerja sembari mengajak tetangga kanan kiri…

  • 8. fadil klorofil  |  16 November, 2008 pukul 15:35

    Z kira membersihkan got saja tidak cukup, emennya udah punya pembungan lain?

    yang kiata harapkan adalah sampah yang diangkut dari got tidak skedar dibersihkan tapi ternyata mengotori tempat lain.

    maunya ada daur ulang…

  • 9. irwan  |  23 Desember, 2008 pukul 16:16

    Masalah sampah ini ruwet, bukan karena masalahnya sulit, tapi mental bangsa kita yang amat payah. Gak usah mikir jauh2, sampe dibawa tukang sampah kemana, diolah apa gak, dll. Bagaimana ngurus sampah di kotak sampah sendiri supaya gak tercecer ke got, sampe tukang sampah adtang ngambil aja pada gak bisa. Terlalu ideal ngomong pengolahan sampah sampe jadi yang bermanfaat.

    Juga gak ada hubungannya dengan kemampuan bayar kok, di perumahan elit juga jorok. Bisa kita lihat banyak di perumahan elit sekalipun (apalagi perkampungan, RSSSS, dll yang aslinya gak punya infrastruktur drainase maupun pemungutan sampah yang memadai). Sering sampah tercecer ke selokan, ya dibiarin, sampe tahunan, sampe menyumbat dan membusuk. Tukang sampah gak mau ambil yang jatuh ke got.

    Gak cuma sampah dapur, orang2 elit kebanyakan duit sering renov rumah, dipercantik terus, brangkal bangunan masuk ke selokan dibiarin, gak diambil, tahunan di situ ya tetap di situ, bukannya gak kelihatan, kelihatan tapi gak peduli. Apalagi kalo lagi bangun pager, semen2 yang jatuh ya dibiarin sampe ngeras, cuek aja. Malah di atas selokan ada yang dibeton permanen, dijadikan taman atau tempat parkir. Selokan sampe bumpet, menghitam, busuk, gak peduli. Aneh juga, rumahnya cantik dan mewah, selokan bau bangke, cuek aja.

    Cape deh nganjurin tetangga supaya mau bersihkan selokan, kadang saya bayar orang untuk bersihkan sampe ke selokan tetangga, gak lama, paling 2 minggu sudah busuk lagi, gitu seterusnya. Gak punya malu lihat saya bayar orang untuk bersihkan gotnya, cuek aja. Saya bisa aja gak peduli juga, bersihkan aja yang depan rumah sendiri, tapi karena kiri kanan terjadi pendangkalan, malah air busuknya pada ngumpul di got saya semua. Masalahnya lagi, got sumber segala penyakit, dari malaria, dbd, cikungunya, sampe leptospirosis. Pembawa penyakit ini gak milih2 waktu menulari, mereka gak tahu kok siapa peternak penyakit yang sesungguhnya, kita yang gak melihara ikutan ditulari. Juga banjir, gak milih siapa yang buang sampah sembarangan, waktu banjir semua kena. Sedihnya, hal2 gini kan pelajaran SD, kok bisa ya masyarakat kita kagak mampu mikir pelajaran SD doang, apa sudah terjadi degradasi intelektual besar2an ya. Dulu jaman para kakek yang cuma kelas 1 atau 2 SR aja pada mampu mikir gini, kadang yang buta huruf gak pernah sekolah aja pada bisa mikir gini aja, kok sekarang yang elit kaya aja pada gak mampu mikir. Lalu darimana mereka dapat kekayaan ya, padahal mikir yang gampang aja kagak mampu.

  • 10. Aku Ingin Hijau  |  23 Desember, 2008 pukul 17:56

    Memang kenyataan yang ada kebanyakan persis seperti yang irwan ceritakan. Tetapi kita juga tidak boleh lantas jadi pesimis dan putus asa untuk tidak melakukan. Kalau saya sendiri juga mengalami tetangga yang jorok. Tetapi kadang memang harus kita ingatkan dan bicara langsung baru mereka juga merasa malu. Sebenarnya mereka itu tahu tapi memang malas, walaupun sebenarnya yang melakukan juga bukan mereka jadi pembantu rumah tangga atau supir. Jadi yang perlu memang nomor satu adalah kepedulian. kalau sudah peduli, siapkan alat bantu membersihkan seperti tongkat kait (untuk mengambil sampah plastik), sapu lidi dengan gagang tangan, pengki, dan kalau perlu sarung tangan bila merasa jijik atau masker bila bau. Dengan alat bantu itu saya yakin bisa kita lakukan. Ajari juga ini ke tetangga-tetangga anda. Jangan kalau sebal anda pendam sendiri, tetapi ajak bicara dan diskusi untuk diberi pengertian. Walhasil semua bisa hidup bertetangga dengan baik dengan lingkungan yang bersih dan asri.

  • 11. comment  |  1 April, 2009 pukul 00:21

    Kenapa saluran got selalu ada air yang tergenang diam ? Kenapa gak airnya jalan ?

  • 12. salikun  |  25 November, 2010 pukul 18:12

    sdh banyak artikel pemusnah sampah(teknologitpa.blogspot.com)tinggal yg.mengurusi sampah saja ada gak niat mengatasi soal sampah yang makin hari makin bertambah,saya pembuatnya alat pemusnah tsb.benar2 sgt.efektip mengatasi sampah,sederhana,tanpa bahan bakar meskipun yg.dimusnahkan sampah basah sekalipun,kalo benar2 ingin tdk ada masalah dgn.sampah hub.saya siap,beaya tdk besar manfaanya besar sekali.

Tinggalkan komentar

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Agenda

Archives

RSS Bisnishijau.Org

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Kampanye Hijau











Statistik Pengunjung

  • 2.475.604 Pengunjung

Statistik

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Bergabung dengan 318 pelanggan lain