Ngompos di rumah yuk.

12 Desember, 2007 at 18:37 35 komentar

Komposter RumahSenangnya sudah bisa ngompos (membuat kompos) di rumah. Komposter sudah dimulai sejak 2 bulan lalu tetapi masih masa percobaan takut gagal kalau langsung di tulis di blog. 🙂

Komposter saya beli dari Bp. Sukamto yang tinggal di Jakarta Pusat dengan kapasitas 60 liter beserta cairan Boisca sebagai bioaktifator bakteri kompos.

Komposter, mungkin tidak terlalu terlihat pada gambar, saya letakkan di bawah pohon jambu biji yang sudah cukup besar sehingga terlindung dari cahaya matahari langsung. Dalam proses pengomposan bakteri akan membuat bagian dalam komposter menjadi panas karena adanya proses pembusukan dan kelularnya gas metana. Gas metana sebenarnya kurang baik juga untuk lingkungan tetapi dibandingkan dia membusuk di tempat pembuangan sampah akhir (TPA) akan lebih baik dirumah dan hasilnya bisa digunakan lagi. Temperatur yang baik dalam tong komposter adalah tidak lebih dari 35 derajat celcius. Kalau bisa lebih adem lebih baik lagi.

Komposter model ini memang menggunakan aerasi sehingga udara pun bisa keluar masukbagian dalam komposter dengan adanya pipa yang di pasang di tengah tong (seperti gambar). Bagian luar dari pipa yang keluar dan di setiap lubang diberikan kasa kawat parabola untuk menghindari lalat dan serangga masuk karena bila lalat bisa keluar masuk maka belatung pun akan subur dan akhirnya produksi lalat, bukan kompos.

Saya memulai dengan sampah-sampah daun dan rumput dari kebun atau sampah hijau yang kemudian mulai ditambah dengan sampah-sampah dapur organik.

Jenis sampah organik yang dapat dimasukkan ke komposter adalah:

  • Sisa makanan
  • Sisa sayuran
  • Buah atau kulit buah
  • Daun tanaman dan rumput
  • Sisa nasi
  • dll

Yang perlu dihindari adalah minyak bekas, ikan, dan tulang.

Saya sih masih pemula dalam hal komposting tetapi setelah komposter mengeluarkan hasil dan dipakai ke tanaman, paling tidak ada keberhasilan. Asal tanaman nanti tidak mati saja.

Tetapi yang paling penting dalam implementasi komposter ini adalah juga untuk membimbing dan mengontrol semua anggota keluarga termasuk pembantu agar hal ini bisa berjalan.

Komposter bisa dipesan ke Bp. Sukamto. Telp 021-420 4565.

Selamat mencoba!

Entry filed under: Lingkungan Kerja, Lingkungan Rumah.

Green is the New Black. Semua mau kelihatan hijau. Tidur Nyaman dan Hemat (kalau udara luar adem)

35 Komentar Add your own

  • 1. heru123  |  13 Desember, 2007 pukul 00:26

    Yang perlu dihindari adalah minyak bekas, ikan, dan tulang.

    kenapa begitu pak?

  • 2. Abmanyu  |  13 Desember, 2007 pukul 02:06

    klo sampah kertas gimana Bos?? mahluk macam aye kan bergelut dengan berbagai macam jenis kertas… ya buat gambarlah.. buat maketlah… paling klo ada kertas yg gak kepake cuma tak gambar2in doank.. tapi tnar kebuang juga…

  • 3. andri  |  13 Desember, 2007 pukul 09:01

    apakah di bagian bawah komposter juga ada lubang untuk keluarnya air? Berapa diameter pipa aerasi?

  • 4. dodolipet  |  13 Desember, 2007 pukul 09:28

    Pak Heru, Minyak bekas itu agak sulit terdaur, sama seperti tulang, akhirnya jadi lama banget jadi komposnya. kalau mau sih bisa-bisa saja tapi kalau tempat komposnya kecil, nanti penuh sama tulang yang tidak terdaur. Kalau ikan, karena kaya protein jadi bau amis, memang bisa saja diberikan bakteri EM tambahan agar tidak bau atau diberi larutan cairan citrus, pandan atau sereh agar membuang bau. Tapi kan orang biasa agak malas, jadi lebih baik dihindari dulu saja untuk awal.

    Untuk Abmanyu, sampah kertas sebaiknya didaur ulang kirim ke Kedai Daur Ulang saja seperti pada tulisan sebelumnya Kalau kertas sudah dipakai bulak balik gimana?.

    Andri, bagian bawah dari komposter tidak ada lubang, kalau anda perhatikan foto, bagian bawah itu ada kran untuk mengeluarkan air. Untuk diameter pipa bisa memakai ukuran 1 inch atau lebih besar sesuai keinginan.

  • 5. Sandro  |  14 Desember, 2007 pukul 11:36

    Dear Aku Ingin Hijau,
    Saya dulu pake komposter ini, tapi sekarang sudah berhenti. Karena waktu itu istri komplen berat. Masalah yang timbul adalah: bau, banyak lalat hitam (& lalat buah), akibatnya ada telur2 larva, tapi tidak sampai belatung sih…… Waktu itu memang saya memasukan semua sampah yang berkategori “Bisa Busuk”.

  • 6. Kunaifi  |  20 Desember, 2007 pukul 21:04

    Asik banget postingnya. Saya ikuti terus. Tapi belum sempat komentar banyak nih.
    Salam kenal ya.

    Kun

  • 7. dodolipet  |  20 Desember, 2007 pukul 22:02

    Terima kasih Kunaifi.
    Bantu komentar dong biar yang lain juga bisa ikut belajar.

    thanks.

  • 8. Budi  |  25 Desember, 2007 pukul 13:09

    Kami sudah 2 tahun ini buat kompos di rumah, pake drum dan starternya EM4. Drum nya beli di Ir. Darsono Ariadi telp.7995929. Pak Darsono punya tips bagaimana pembuatan kompos termasuk bagaimana mengatasi bau busuk, adanya belatung, dll. Saya punya artikelnya, siapa yang berminat bisa saya kirim melalui fax atau pos.
    Sampah yang nggak bisa dijadikan kompos, misalnya kertas, plastik, karton di kasih ke pemulung.
    Segitu dulu dech..
    Wass,
    Budi

  • 9. Dini  |  27 Desember, 2007 pukul 06:42

    Assalamualaikum. Wr.Wb.

    Waktu itu saya pernah membaca majalah Islami yang mengupas tentang proyek percontohan desa hijau di jakarta yang diprogram dan dimotori oleh warga sendiri dan kalau tidak salah juga pernah dikupas O channel di program DKI 15 menit, desa itu menyediakan fasilitas bagi warga dari daerah lain untuk studi banding dan belajar dari mereka sekaligus wisata argo dan desa atau kampung itu juga sudah mendapatkan penghargaan (ini kalau saya tidak salah ingat ya). saya pikir ini bagus sekali kalau semua dimulai dari bawah tanpa harus menunggu inisiatif dan bantuan dana dari pemerintah, mungkin pemerintah lebih sibuk dengan yang lain seperti banjir hehehehe….kalau ini di terapkan seluruh desa di Indonesia subhanallah…

    Waktu itu (sudah agak lama sih) teman saya yang kebetulan seoarang Bapak kepala RT dan bekerja di bagian QHSE (Quality, Health and Safety Environment) disuatu perusahaan sedang memikirkan tentang program tersebut dan kebetulan saya mengetahui rencana dia, akan tetapi saya mau memberi alamat kampung/desa percontohan tersebut saya belum bisa menemukannya di internet ataupun dimajalah Islami itu (saya lupa majalahnya apa?)

    Saya sangat berterimakasih sekali jika teman-teman yang lain bisa membantu untuk menginformasikannya.

    Terimakasih banyak.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

    -Dini-

  • 10. heniez  |  27 Desember, 2007 pukul 14:06

    Dear Sir

    Mana yang lebih baik, tong komposter seperti di atas atau lubang biopori yang lubangnya bisa dibuat untuk pengomposan.
    Terima kasih

  • 11. Budi  |  27 Desember, 2007 pukul 18:40

    Untuk Mbak Dini…,
    Sebetulnya sudah cukup banyak kampung di DKI yang sadar lingkungan…salah satu kampung pionir ada di daerah jalan Banjarsari RT/RW 7/8 Cilandak Barat.. Ancer-ancer nya di sekitar jalan Fatmawati, kalau dari arah blok M sebelum jalan toll sebelah kanan. Ibu Harini Bambang yang jadi pionirnya.
    Kalau ingin tahu lebih banyak mengenai kampung lain bisa dicari di Bumi Kita http://www.kompas.co.id/ver1/unilever/
    Semoga bermanfaat.

  • 12. Awali dari diri sendiri « Positive Info  |  1 Januari, 2008 pukul 11:52

    […] Buat kompos dari sampah dau-daunan dan potongan sayuran, penjelasan lebih lanjut dapat di klik di link aku-ingin-hijau.            […]

  • 13. awang  |  7 Januari, 2008 pukul 12:22

    mas. saya ingin informasi tentang cara pembuatan kerajinan tangan untuk sampah plastik, mohon bantuannya.

    awang

  • 14. Leon Abirawa  |  11 Januari, 2008 pukul 09:26

    Dear Heniez,
    cara membuat kompos yang terbaik sebaiknya disesuaikan dengan keadaan anda sendiri.
    Kalau tersedia dana dan ingin ringkas komposter yang seperti di atas mungkin baik, kalau tidak ada dana banyak cara lain yang lebih hemat.
    Green peace dan idepfoundation memberikan sejumlah cara.
    Memang cara dengan komposter seperti ini cepat dan ringkas karena selain cenderung bersih juga dilengkapi dengan cairan yang berisi bakteri untuk mempercepat kerja komposting.
    Akan tetapi perlu kita lihat juga bahwa ada unsur plastik di dalamnya.
    Anyhow, komposter seperti ini juga banyak jenisnya lihat saja indonetwork. Ada juga perusahaan yang menerima komposting sampah tanpa membeli komposter misalnya kencanaonline–walaupun dia juga menjual komposter.
    Selamat mencoba yach
    awaits further progress.
    Cheers

  • 15. chiekz  |  11 Januari, 2008 pukul 19:23

    Wah, bagus nih idenya… tapi serem deh sama gas metananya, soalnya itu bukan kurang baik… tapi berbahaya ! terutama dalamjangka panjang.

    Waktu itu saya pernah nonton ada warga yang usaha dari tinja manusia, trus gas buangannya buat energi (semacem gas juga sih) bisa buat nyalain kompor, dll.

    Mungkin nantinya gas yang keluar dari komposter bisa dialihkan menjadi hal yang lebih berguna.

  • 16. nunul  |  29 Januari, 2008 pukul 10:56

    kalau di surabaya dapatnya dimana ya ?

  • 17. fauzan  |  2 Februari, 2008 pukul 14:00

    gambarnya kecil banget nih…? klo gede bisa tahu..dan mungkin aja bisa buat komposter sendiri! 🙂

  • 18. lucky  |  9 Maret, 2008 pukul 06:44

    Kepada temen2 yg. udah berhasil membut compost tlg bantu teman kita yag lain. jelasin caranya secara detail agar bisa dipratekin di rumah masing2. klo kita semua kompak insya Alloh negeri kita akan bersih dan hijau. ilmu anda akan bermanfaat di dunia & akhirat.

  • 19. andra  |  5 April, 2008 pukul 18:40

    pak .. saya dah coba di rumah … tapi proses pengomposannya terhitung lama sekitar 4-5 bulan baru matang komposnya akibatnya sampah-sampah yg ngga tertampung di komposter jadi terbengkalai … ada ngga seh pak bahan tambahan yg bisa mempercepat proses pengomposan … soalnya kalau untuk menambah jumlah komposter dah ga mungkin pak …
    terima kasih sebelumnya pak

  • 20. Aku Ingin Hijau  |  5 April, 2008 pukul 18:44

    Andra, untuk bahan tambahan yang bisa mempercepat proses pengomposan adalah bakteri EM yang dalam hal ini saya pakai Boisca buatan pak sukamto. Telp saja ke beliau untuk beli.

    Boisca itu adalah sebenarnya bakteri yang membantu mempercepat proses pengomposan. Biasanya dengan bakteri ini 2-3 minggu sudah bisa habis. kalau kurang cepat bakterinya saja diperbanyak. Biasanya dengan prosentase kandungan 1 liter air dengan 1 tutup botol boisca saja.

    mudah2an bisa membantu.

  • 21. eddy  |  22 April, 2008 pukul 11:08

    Apabila kompos sudah matang itu tandanya apa ya ?
    Untuk Menneg LH, tolong penanggulangan masalah sampah di wajibkan di setiap kompleks perumahan untuk dijadikan kompos, apalagi harga pupuk sekarang mahal dan susah didapat.

  • 22. Dadang  |  27 Mei, 2008 pukul 11:48

    Tolong ke Mas Budi, saya minta artikelnya tentang kompos yang ditawarkan Mas Budi di posting di atas. Saya mau buat komposter dari drum bekas, tapi design yang bagus itu kaya gimana belum tahu. Tolong juga ke Mas Budi dan kepada yang lainnya juga kalau ada design komposter dari drum bekas untuk dikirim ke email saya (dadang71@yahoo.com) atau melalui fax ke 021-7560536.

    Terima kasih

    Dadang

  • 23. alexander tutunov  |  29 Juni, 2008 pukul 20:24

    klo kompos pake bantuan cacing bisa gak,bs minta tolong kirim sket composter plus step by step cara buat kompos, saya baru mau sadar lingkungan mohon bantuanya

  • 24. alexander tutunov  |  29 Juni, 2008 pukul 20:26

    klo ada yang bersedia bantu tolong krm ke email saya (alexandertutunov@yahoo.com)

  • 25. sandy  |  29 Juli, 2008 pukul 18:57

    Untuk dekomposisi dengan bakteri pengurai, yang perlu diperhatikan adalah aerasi, kelembaban sampah, dan jenis sampah.
    Tumpukan sampah harus dengan mudah mendapat akses oksigen, untuk tujuan ini biasanya komposter-komposter didesain berlubang-lubang dan di bagian tengahnya juga dipasang pipa yang juga berlubang-lubang. Sehingga bagian tengah sampah tetap mendapat udara. Selain itu sebaiknya sampah dicampur dengan sampah-sampah berserat seperti rumput atau jerami.
    Kelembaban juga sangat penting dan bahkan sering dilupakan, sampah yang kering membuat perkembangbiakan bakteri terhambat, akibatnya proses dekomposisi juga jalan di tempat. Untuk itu sebaiknya tumpukan sampah ini di siram setiap hari untuk menjaga kadar airnya. Akan tetapi hindari jangan sampai terlalu basah (banjir), karena tumpukan sampah yang kebanjiran air bisa membusuk dan mengeluarkan bau tidak sedap akibat proses nitrifikasi.
    Terakhir, pandai-pandailah memilah jenis sampah yang dibuang ke komposter. Hindari sampah sisa makanan berupa daging, ikan, telur, dsb. Pelanggaran terhadap kode etik ini bisa membuat seisi rumah tidak nyaman, bahkan protes tetangga tak terelakkan. Penyebabnya, bau, karena sampah daging dkk mengundang lalat (yang kadang sulit dihindari) dan pembusukannya tidak sedap dihirup. Untuk sampah ini sebaiknya dikubur saja, biarkan cacing yang bekerja.
    Komposter yang terawat dengan baik biasanya bisa memproses sampah organik dalam 2 minggu, tergantung perawatan. Makanya untuk mempermudah kerja bakteri pengurai, sampah (dedaunan/sayuran) yang dibuang ke komposter sebaiknya dalam keadaan tercacah-cacah (hancur), agar luas permukaannya lebih banyak.

    Untuk sampah yang dapat menimbulkan bau (daging, ikan, telur, dsb.) sebaiknya dibuang ke dalam lubang lalu sedikit ditutupi tanah agar tidak “dilalati”. Pastikan juga lubang pembuangan tersebut terjaga kelembabannya (basah) agar cacing-cacing betah disekitaran tempat sampa. Kalau malas menyiramnya setiap hari, ada baiknya saluran pembuangan air dari kamar mandi tidak langsung terbuang percuma ke got di belakang rumah.

  • 26. A. Zaenuddin  |  6 Agustus, 2008 pukul 19:33

    Saya pingin tanya, beli komposter online di http://www.kencanaonline.com pakai ada bahan tambahan penggembur green phoskko, memang ada manfaatnya sampah bau langsung hilang.

    Sebenarnya apa itu bisa diganti bahan lain gak ? Lumayan kan biayanya

  • 27. catur  |  15 April, 2009 pukul 09:34

    Untuk Boisca yang Bapak gunakan untuk komposter, didapat dari pembuatan sendiri dengan kultivasi mandiri atau ada produsen yang sudah memproduksinya?? Bakteri apa sih Pak yang dalam Boisca ini??

  • 28. supriyadi  |  13 November, 2009 pukul 21:30

    kalo ada yang punya info boisca dijual darah tangerang, tolong beritahu kami di email mustpry@yahoo.com

  • 29. Anto  |  9 Desember, 2009 pukul 13:57

    To Mas Budi,
    Diatas mas budi menuliskan :
    8. Budi | 25 Desember, 2007 at 1:09 pm
    Kami sudah 2 tahun ini buat kompos di rumah, pake drum dan starternya EM4. Drum nya beli di Ir. Darsono Ariadi telp.7995929. Pak Darsono punya tips bagaimana pembuatan kompos termasuk bagaimana mengatasi bau busuk, adanya belatung, dll. Saya punya artikelnya, siapa yang berminat bisa saya kirim melalui fax atau pos.
    Sampah yang nggak bisa dijadikan kompos, misalnya kertas, plastik, karton di kasih ke pemulung.
    Segitu dulu dech..
    Wass,
    Budi

    Mohon info artikelnya mas untuk yang “Tips and Trik bagaimana mengatasi bau busuk, belatung, dll, ke email saya cihui22@gmail.com
    Sebelumnya terima kasih

    Salam hijau,
    Anto

  • 30. ary  |  26 Desember, 2009 pukul 07:06

    kalo boleh tw harga komposternya berapa ?
    thanks…ary1429@gmail.com

  • 31. antokjogja  |  26 Desember, 2009 pukul 09:19

    aku juga ingin hijau dan sampah bisa bermanfaat lagi. Harga komposter sampai jogja berapa? jgn mahal-mahal nanti gak jadi hijau.

  • 32. Bayu  |  1 Agustus, 2010 pukul 07:32

    Em4 = disini harganya 18.000.
    Untuk sampah organik biasanya 4 – 7 hari juga dah jadi.

  • 33. yuvi  |  2 Mei, 2011 pukul 07:55

    saya pengurus PKK RT di lingkungan saya, ingin coba mengelola sampah dengan pemilahan dan pembuatan kompos, selama ini warga banyak yang apatis dan tdk mendukung, saya akan coba dulu sendiri,,,,mudah2an sukses dan
    bisa mengajak warga,,

  • 34. Rian  |  25 Oktober, 2011 pukul 17:15

    buat mas budi sya juga mau artikel tentang kompos dan tip2 agar proses komposting tidak bau n berbelatung. tq. email saya hayusindu@gmail.com

  • 35. farid  |  4 November, 2011 pukul 10:06

    sangat membantu sekali , karena komposter di tempat saya keluar belatung.ternyata ada yang salah……maklum baru tahap mencoba..infonya sangat membantu sekali..karena di sini sedang di canangkan kampung bersih ddan sehat.

Tinggalkan komentar

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Agenda

Archives

RSS Bisnishijau.Org

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Kampanye Hijau











Statistik Pengunjung

  • 2.475.569 Pengunjung

Statistik

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Bergabung dengan 318 pelanggan lain