Rantai Ekonomi Jagung di Jaman Sekarang
1 Januari, 2008 at 22:49 4 komentar
Diambil dari Groovy Green
Entry filed under: Berita Lingkungan Global.
4 Komentar Add your own
Tinggalkan Balasan
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed
1. andri | 4 Januari, 2008 pukul 10:08
Singkat kata:
permintaan akan energi alternatif (baca: ramah lingkungan) menyebabkan fungsi jagung tidak lagi hanya sebagai makanan.
Permintaan jagung untuk energi mengurangi supply jagung untuk makanan sehingga dikhawatirkan terjadi kelaparan.
2. Leon Abirawa | 11 Januari, 2008 pukul 09:06
Maaf waktu dulu membahas tentang biodiesel pernah saya tanyakan dan sekarang saya tanyakan lagi karena menurut saya cukup kritis…
Ada yang tahu tidak efisiensi dari produksi biodiesel dari minyak jelantah?
Saya baca kalau masalah satu-satunya dalam produksinya adalah mencari bahan baku. Kalau kita bisa akalin supaya itu bisa jadi trend khan cukup bagus.
Ini berkaitan dengan adanya sebuah perusahaan di Jakarta yang membeli minyak goreng bekas dari konsumen…
Kalau memang dia berguna dan tidak kita dukung terus mati sayang sekali….
So, saya harap ada yang bisa kasih info.
Pernah ada yang baca artikel dan power point yang diterbitkan dari ketua forum penelitian biofuel gak?
Kalo dari pemaparannya sich cukup bagus… tapi kalau menurut kalian gimana?
Kalau ada yang mau artikel dan power pointnya bisa kirim e-mail ke saya.
thx. 🙂
3. Mumu | 11 Januari, 2008 pukul 11:36
Gambarnya bagus tuh. Katanya sekarang harga Tortilla [makanan khas Meksiko] naik gara-gara harga jagung naik.
Bagi Indonesia sendiri, naiknya harga komoditas pangan tertentu akibat permintaan biofuel [ada yang menyebutnya agro-fuel] tentu akan sangat mengkhawatirkan di tengah terus turunnya produktifitas pertanian kita yang menunjukkan rendahnya tingkat ketahanan pangan kita. Harga kelapa sawit tinggi yang menyebabkan harga minyak sayur juga naik. Tinggal tunggu saja harga singkong [yang dibuat jadi bioethanol, contohnya oleh Medco di Lampung] juga akan merambat naik. Walalupun katanya singkong yang dipakai adalah singkong pahit yang tidak cocok untuk pangan. Kenaikan harga ini di satu sisi memang sangat menguntungkan petani – setidaknya untuk petani singkong – tetapi jika harga pangan lain juga naik tinggi lagi tentu kemampuan membeli petani juga akan tetap sama.
4. Leon Abirawa | 14 Januari, 2008 pukul 08:23
Kalau bahan bakunya dari jarak? atau bahan non pangan?