Pendidikan di rumah tangga masing-masing

27 Desember, 2007 at 22:55 5 komentar

Pendidikan peka lingkungan harus dimulai dari tempat yang terdekat dan terkecil yaitu keluarga. Ini termasuk istri, anak, orang tua (bila ada) dan juga pembantu rumah tangga.  Peka lingkungan bukan hanya dimaksud untuk orang yang tidak berpendidikan dan memiliki tingkat sosial yang rendah atau tidak berkecukupan karena banyak sekali juga orang kaya dengan mobil mewah yang membuang sampah sembarangan dimana-mana.

Tetapi ada beberapa hal dimana orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi dapat memiliki kepekaan terhadap lingkungan yang lebih baik. Dan bila anda membaca blog ini dapat dipastikan anda cukup berpendidikan hingga bisa memakai internet dan bisa sampai ke blog ini.

Yang sering kita lupakan adalah kontrol terhadap rumah tangga kita. Kita bisa saja selalu mengingatkan dan memberi wejangan kepada anak-anak, tetapi kalau di luar rumah mereka terbiasa melihat orang buang sampah sembarangan akhirnya sampai di rumah lupa lagi. Oleh karena itu kita harus bisa memberi contoh dan mengingatkan kembali hingga seperti mem-brainwash.

Lain lagi halnya dengan pembantu rumah tangga dengan tingkat pendidikan yang terbatas. Biasa mereka walaupun lulusan SMP atau SMA di desa mereka, tetap saja mereka tidak melihat isu lingkungan sebagai sesuatu hal yang perlu dihargai. Kita harus bisa memberi contoh dan wawasan juga. Contohnya adalah soal air. Saya tinggal di tempat yang kadar airnya juga kurang baik, sehingga air sangat langka dan perlu di hemat. Tetapi mereka bilang air di kampung mereka itu malah keluar sendiri, dan airnya jernih. Untuk mereka tidak habis pikir kenapa air bisa jelek dan habis. Oleh karena itulah kita perlu memberikan wawasan dan edukasi kapada mereka agar mereka pun mengerti akan problem kita di kota.

Kita tidak bisa asal memarahi tanpa memberikan keterangan atau penjelasan karena mereka memang tidak mengerti soal lingkungan. Sama halnya dengan membuat kompos. Kita pun harus mengontrol dan mengecek sendiri apa yang mereka lakukan dengan sampah dapur dan komposter. Apakah diisi dengan baik, apakah lindi keluar, apakah bakteri EM dimasukkan, dll. Kalau kita mengontrol dan memberikan penjelasan tentang lingkungan kita, bahaya banjir, kebersihan got, kelangkaan air, dsb. mereka pun bisa mengerti akan kesulitan kita dan akan membantu.

Hal ini hanya untuk mengingatkan saja, agar kita sabar menghadapi orang-orang di rumah tangga kita dan tidak bosan-bosan mengingatkan, mengajarkan dan memberi contoh kepada mereka akan artinya lingkungan yang bersih dan sehat.

Iklan

Entry filed under: Lingkungan Rumah.

Words of Blogs Download buku-buku gratis memang asik

5 Komentar Add your own

  • 1. wati  |  28 Desember, 2007 pukul 15:00

    Tulisannya sangat bermanfaat dan mengingatkan saya mengenai betapa pentingnya peranan kita terhadap lingkungan. Saya menemukan blog ini dari blognya Mr. Gene Netto. Saya mempunyai pengalaman ketika saya menegur bos saya untuk tidak membuang sampah sembarangan dari mobil, tapi bos saya malah bilang kan ada petugas yang membersihkan, kalau tidak ada sampah berarti mereka tidak ada pekerjaan. Speechless jadinya.

  • 2. kunaifi  |  28 Desember, 2007 pukul 18:27

    Saya pernah baca sebuah artikel menarik tentang pendidikan lingkungan di keluarga. Disebutkan bahwa sebuah kelompok di Singapura menjadikan anak-anak sebagai polisi lingkungan di rumah. Misalnya, sang polisi akan menegur anggota keluarga yang mandinya kelamaan atau selama mandi air mengalir terus (padahal waktu menggunakan sabun kan air bisa dimatikan). Polisi cilik juga akan menegur anggota keluarga yang tidak mematikan lampu ketika kamar ditinggalkan kosong, TV tidak ada yang menonton, smpah dibuang tidak pada tempatnya.

    Cara seperti ini punya keuntungan ganda; selain mengajarkan hidup lebih baik pada anak-anak, juga menjadikan mereka sebagai ‘penular’ hidup lebih itu di masa depan.

    Kun

  • 3. dodolipet  |  30 Desember, 2007 pukul 09:42

    Ini adalah konsep yang sangat menarik. mungkin kita juga bisa membuat suatu konsep yang cocok untuk lingkungan Indonesia agar anak-anak selain belajar juga ikut berperan dalam lingkungan yang terkecil yaitu rumah tangga mereka.

    Thanks Pak Kun.

  • 4. andri  |  3 Januari, 2008 pukul 11:56

    Kesadaran lingkungan itu nggak kenal strata: tua-muda, miskin-kaya, pendidikan-non pendidikan, dll.

    Di posting Tidur Nyaman dan Hemat, gw menangkap ada ‘tudingan’ bahwa kelas menengah-atas itu manja dengan fasilitas berlebihan; di posting lain gw membaca bahwa kalangan dari desa masih membawa anggapan bahwa semua disediakan alam secara gratis, sehingga mereka terbiasa memakai air bagai tiada batas.

    Pendapat gw, kita musti bekerjasama. Dalam posisi sbg pemilik rumah, kita bisa kasih peraturan ke pembantu untuk pakai air sehemat mungkin, menyiram air tadahan hujan di ember ke halaman, memisahkan sampah organik-non organik (utk kemudian diberikan ke pemulung), dsb.
    Di sisi lain kita juga bisa belajar hemat dari mereka, misalnya pemakaian listrik: karena keterbatasan energi di kampung, umumnya mereka punya sifat hemat energi. Kita bisa belajar untuk gak gunakan AC terus menerus di rumah, dan sbg gantinya, kalau memungkinkan, kita mulai sejukkan rumah dgn pohon2 dan tanaman.
    Kearifan lokal membantu kita untuk menggunakan secukupnya.

  • 5. enggar  |  8 Juni, 2008 pukul 12:10

    Salam kenal. Saya ingin tanya, bagaimana menyiasati sampah sisa makanan? Saya pernah baca kalau tidak salah bisa dijadikan pupuk. Bisa berikan langkah-langkahnya? Ingin mencoba juga nih. Thks ya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Agenda

Archives

RSS Bisnishijau.Org

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Kampanye Hijau











Statistik Pengunjung

  • 2.463.817 Pengunjung

Statistik

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Bergabung dengan 318 pelanggan lain

%d blogger menyukai ini: